Jakarta – Untuk mencapai target ambisius produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari pada tahun 2030, SKK Migas telah menyiapkan empat strategi utama. Hal ini dilakukan guna meningkatkan produksi minyak dan gas bumi secara signifikan. Dengan adanya rencana jangka pendek, menengah, dan panjang, SKK Migas berharap dapat memperkuat ketahanan energi nasional.
Dwi Soetjipto, Kepala SKK Migas, menjelaskan dalam acara Leaders Forum bahwa ada empat strategi penting yang diusung untuk mencapai target tersebut. Strategi ini tidak hanya berfokus pada optimalisasi aset yang sudah ada, tetapi juga mencakup upaya eksplorasi, peningkatan produksi, dan pemulihan cadangan migas.
1. Optimalisasi Aset Eksisting
Langkah pertama yang diambil SKK Migas adalah memaksimalkan aset-aset yang sudah ada. Dwi menyatakan bahwa aset eksisting harus dikelola secara optimal agar dapat memberikan hasil yang maksimal. Produksi minyak dari sumber-sumber yang sudah ada harus ditingkatkan sebelum mencari sumber baru.
“Optimalisasi aset eksisting adalah bagian dari strategi jangka pendek kami. Ini untuk memastikan produksi migas tetap stabil,” jelas Dwi.
2. Mendorong Eksplorasi Sumber Baru
Strategi kedua adalah melakukan eksplorasi besar-besaran untuk menemukan sumber minyak dan gas baru. SKK Migas memahami bahwa peningkatan produksi minyak sangat bergantung pada penemuan-penemuan besar di masa depan. Proyek-proyek besar seperti Banyu Urip diharapkan bisa terulang kembali dengan penemuan-penemuan migas baru di wilayah-wilayah potensial.
“Eksplorasi migas harus lebih masif untuk mencapai target yang kami tetapkan,” tambah Dwi.
3. Percepatan Penggunaan Temuan Migas Baru
Langkah ketiga adalah mempercepat konversi hasil temuan eksplorasi menjadi sumber energi. Setiap penemuan baru harus segera diolah dan dimanfaatkan untuk kebutuhan energi nasional. Ini merupakan upaya strategis untuk memastikan bahwa hasil eksplorasi tidak hanya sekedar temuan, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi ketahanan energi Indonesia.
4. Penerapan Enhanced Oil Recovery (EOR)
Langkah keempat yang diambil SKK Migas adalah menggunakan metode Enhanced Oil Recovery (EOR) untuk meningkatkan produksi dari cadangan yang ada. Saat ini, tingkat pemulihan cadangan migas di Indonesia baru mencapai 30%. Dengan penerapan teknologi EOR, SKK Migas berharap dapat meningkatkan angka ini hingga 50%, seperti yang telah dicapai di negara-negara lain.
Dwi menegaskan, “Dengan teknologi EOR, kami berharap bisa meningkatkan recovery factor dari cadangan yang ada, sehingga mampu meningkatkan produksi migas nasional.”
Pembangunan Infrastruktur untuk Dukung Produksi Migas
Selain strategi-strategi di atas, pembangunan infrastruktur migas juga menjadi fokus SKK Migas. Salah satu proyek penting yang sedang dikerjakan adalah pembangunan pipa Cirebon-Semarang (Cisem) yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan distribusi gas dari wilayah Jawa Timur.
Indonesia juga terus mengembangkan proyek-proyek migas raksasa seperti Blok Masela di Maluku Tenggara Barat dan Blok Andaman di Aceh, yang diharapkan dapat membantu Indonesia mencapai target produksi gas sebesar 12 miliar kaki kubik per hari pada tahun 2030.