Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan kebijakan tarif baru yang berlaku untuk barang-barang impor ke AS, yang berdampak pada sejumlah negara. Setiap negara yang terdampak memberikan reaksi yang berbeda. Menurut laporan BBC dan AFP pada Kamis (3/4/2025), Trump menggambarkan kebijakannya sebagai tarif balasan. Ia menjelaskan bahwa barang-barang dari AS telah dikenakan tarif yang tidak adil di berbagai negara, sehingga saat ini AS perlu memberlakukan tarif serupa.
Trump menyebutkan bahwa pendapatan yang diperoleh dari tarif baru ini akan digunakan untuk mengurangi pajak bagi warga AS serta untuk membayar utang negara. Ia juga menunjukkan sebuah bagan yang berjudul ‘Tarif Balasan’, yang memuat tiga kolom: kolom pertama berisi daftar negara, kolom kedua menunjukkan tarif yang dikenakan negara tersebut terhadap barang-barang dari AS, dan kolom ketiga menunjukkan tarif balasan yang dikenakan oleh AS.
“Jika mereka mengenakan biaya pada kami, kami juga akan melakukannya kepada mereka. Mengapa ada yang marah?” ujar Trump dalam pernyataan yang dikutip BBC.
Berikut adalah tanggapan internasional terhadap kebijakan ini:
China
Pemerintah China mengecam keras tarif baru ini dan berjanji akan mengambil langkah-langkah balasan untuk melindungi kepentingannya. Sebelumnya, Trump mengumumkan tarif sebesar 34 persen untuk produk-produk dari China, mitra dagang utama AS, sementara tarif 10 persen untuk seluruh negara juga diterapkan. Tarif ini merupakan tambahan dari tarif 20 persen yang diterapkan bulan lalu. China menilai kebijakan ini melanggar aturan perdagangan internasional dan mendesak AS untuk membatalkannya, dengan peringatan bahwa kebijakan ini dapat merugikan perekonomian global.
Uni Eropa
Ursula von der Leyen, pemimpin Uni Eropa, menyebutkan bahwa kebijakan tarif Trump merupakan pukulan besar bagi ekonomi dunia. “Sepertinya tidak ada kejelasan di tengah kekacauan ini, dengan semua mitra dagang AS terkena dampaknya,” ujarnya. Setelah tarif 20 persen dikenakan pada ekspor Uni Eropa ke AS, ia menambahkan bahwa Brussels siap mengambil tindakan balasan lebih lanjut dan berharap masalah ini dapat diselesaikan melalui negosiasi.
Jerman
Asosiasi Industri Otomotif Jerman mengungkapkan bahwa tarif ini justru akan merugikan semua pihak dan mendesak Uni Eropa untuk bertindak lebih tegas, meskipun mereka tetap terbuka untuk negosiasi. Di sisi lain, industri kimia Jerman, yang menganggap AS sebagai pasar ekspor utama, berharap agar Uni Eropa tetap tenang dan menghindari eskalasi yang hanya akan memperburuk situasi.
Jepang
Menteri Perdagangan Jepang, Yoji Muto, menyatakan bahwa tarif 24 persen untuk ekspor Jepang ke AS sangat disayangkan dan meminta agar AS membatalkan kebijakan tersebut. Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Yoshimasa Hayashi, menambahkan bahwa tarif tersebut berpotensi melanggar peraturan yang ada di bawah Organisasi Perdagangan Dunia dan perjanjian perdagangan antara Jepang dan AS.
India
Ajay Sahai, Kepala Eksekutif Federasi Organisasi Ekspor India, menyatakan bahwa tarif 26 persen tersebut akan mengurangi permintaan terhadap produk ekspor India. Ia juga mencatat bahwa negara pesaing seperti China dan Vietnam akan lebih terdampak, yang memberi peluang bagi India untuk meningkatkan pangsa pasar. “Tarif yang dikenakan pada India lebih tinggi dari yang diperkirakan,” ujarnya.
Dengan demikian, kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump memicu reaksi keras dari berbagai negara, meskipun beberapa pihak juga berharap masalah ini bisa diselesaikan melalui negosiasi.