Pada 13 November 2024, seorang dokter asal Rusia, yang dituduh mengkritik perang Rusia di Ukraina, dijatuhi hukuman penjara selama 5,5 tahun. Pengadilan Moskow memutuskan bahwa dokter tersebut telah menyebarkan “informasi palsu” tentang operasi militer Rusia, yang dianggap melanggar undang-undang ketat yang diberlakukan oleh pemerintah Rusia pasca-invasi Ukraina. Keputusan ini memicu kontroversi internasional terkait kebebasan berbicara di negara tersebut.
Dokter tersebut, yang bekerja di rumah sakit Moskow, ditangkap setelah dia mengungkapkan pendapatnya di media sosial yang mengkritik perang Rusia di Ukraina dan menyatakan simpati terhadap korban sipil di Ukraina. Meski tidak terlibat langsung dalam aktivitas politik, unggahannya dianggap sebagai bentuk protes terhadap kebijakan pemerintah. Sebelumnya, dia juga menyebarkan informasi mengenai kondisi perang yang dianggap tidak sejalan dengan narasi resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah Rusia.
Pihak berwenang Rusia menegaskan bahwa hukuman terhadap dokter ini merupakan bentuk penegakan hukum untuk menjaga stabilitas dan mencegah penyebaran informasi yang dapat merusak moral pasukan militer dan citra pemerintah. Mereka menambahkan bahwa kritik terhadap operasi militer adalah pelanggaran yang dapat membahayakan keamanan negara.
Keputusan pengadilan ini menuai kecaman luas dari berbagai organisasi hak asasi manusia dan negara-negara Barat. Mereka mengecam keras pembatasan kebebasan berbicara di Rusia dan menyebut hukuman ini sebagai bentuk represi terhadap suara-suara yang menentang perang. Banyak yang menyerukan pembebasan segera bagi dokter tersebut.
Kasus ini mencerminkan meningkatnya tekanan terhadap individu yang berani mengkritik kebijakan pemerintah Rusia, terutama terkait dengan konflik Ukraina. Keputusan pengadilan menunjukkan betapa ketatnya pengawasan terhadap kebebasan berbicara di Rusia, yang semakin menjadi perhatian dunia internasional.