Harga Minyak Tertekan Akibat Data Ekonomi AS Dan Jerman

Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan signifikan setelah lima hari berturut-turut mencatatkan kenaikan. Penurunan ini dipicu oleh data ekonomi yang lemah dari Amerika Serikat dan Jerman, yang menimbulkan kekhawatiran mengenai permintaan energi global.

Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2025 turun sebesar 40 sen atau sekitar 0,5 persen menjadi USD73,56 per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, harga minyak mentah Brent juga mengalami penurunan, merosot 21 sen menjadi USD76,30 per barel di London ICE Futures Exchange. Penurunan harga ini menunjukkan bahwa pasar minyak sedang menghadapi tekanan dari faktor-faktor eksternal yang memengaruhi permintaan.

Data ekonomi terbaru dari AS menunjukkan adanya penurunan pesanan barang manufaktur pada bulan November, terutama disebabkan oleh lemahnya permintaan untuk pesawat komersial. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa pertumbuhan ekonomi AS mungkin melambat, yang pada gilirannya dapat mengurangi permintaan energi. Penurunan ini mencerminkan tantangan yang dihadapi sektor industri di AS dan dampaknya terhadap pasar energi global.

Di sisi lain, inflasi tahunan di Jerman untuk bulan Desember lebih tinggi dari perkiraan, didorong oleh kenaikan harga makanan dan penurunan harga energi yang lebih kecil dibandingkan bulan sebelumnya. Bank sentral Jerman kemungkinan akan menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi ini, yang dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan menurunkan permintaan energi. Ini menunjukkan bahwa kondisi ekonomi Eropa juga berkontribusi pada ketidakpastian dalam pasar minyak.

Analis dari Eurasia Group menyatakan bahwa pasar minyak memasuki tahun 2025 dengan pasokan dan permintaan yang seimbang. Namun, ketegangan geopolitik dan kekhawatiran tentang permintaan yang rendah dari negara-negara besar seperti AS tetap menjadi faktor penentu harga minyak. Ini menunjukkan bahwa meskipun ada upaya untuk menjaga keseimbangan pasar, faktor eksternal tetap memengaruhi stabilitas harga.

Meskipun sebelumnya harga minyak sempat naik akibat badai musim dingin yang melanda AS dan peningkatan permintaan gas alam, reaksi pasar terhadap data ekonomi yang lemah menunjukkan bahwa investor tetap waspada. Dolar AS yang kembali menguat setelah Presiden terpilih Donald Trump membantah laporan mengenai tarif impor terbatas juga memberikan dampak pada pasar minyak. Kenaikan nilai dolar membuat komoditas berdenominasi dolar menjadi lebih mahal bagi pembeli menggunakan mata uang lain.

Dengan penurunan harga minyak akibat data ekonomi AS dan Jerman, tahun 2025 diharapkan akan menjadi tahun penuh tantangan bagi pasar energi global. Semua pihak kini diajak untuk memperhatikan perkembangan ekonomi global dan dampaknya terhadap permintaan energi. Keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini akan sangat bergantung pada bagaimana negara-negara besar dapat beradaptasi dengan kondisi pasar yang berubah-ubah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *