Pada 2 Januari 2025, Kota Homs di Suriah kembali menjadi perhatian dunia. Kota ini, yang pernah menjadi pusat industri dan perdagangan, kini menjadi simbol kehancuran akibat konflik berkepanjangan. Selama lebih dari satu dekade, perang saudara telah meninggalkan jejak kehancuran yang meluas di seluruh penjuru kota.
Homs, yang dikenal sebagai “Jantung Suriah,” mengalami kerusakan infrastruktur yang sangat parah. Bangunan-bangunan penting seperti rumah, sekolah, hingga fasilitas kesehatan hancur akibat gempuran pertempuran darat dan serangan udara. Berdasarkan data dari Pusat Penelitian Kebijakan Suriah (SCPR), lebih dari 85% infrastruktur kota telah rusak, menyulitkan penduduk yang tersisa untuk menjalani kehidupan sehari-hari.
Kerusakan ini tidak hanya menghancurkan fisik kota tetapi juga kehidupan sosial dan ekonomi warganya. Jutaan orang terpaksa meninggalkan rumah mereka, sedangkan mereka yang bertahan harus menghadapi kemiskinan ekstrem. Sebagian besar penduduk Homs kini bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan dan air bersih.
Selain itu, trauma psikologis akibat konflik ini dirasakan oleh hampir semua penduduk yang tersisa. Kehilangan anggota keluarga, kehancuran rumah, serta ketidakpastian masa depan telah menyebabkan peningkatan signifikan dalam kasus stres pascatrauma (PTSD). Banyak anak-anak dan orang dewasa mengalami depresi dan kecemasan, menunjukkan pentingnya layanan kesehatan mental di tengah situasi yang sulit ini.
Meski tantangan besar terus menghantui, upaya untuk memulihkan Homs telah dimulai. Sayangnya, korupsi, ketidakstabilan politik, dan minimnya dukungan global menjadi penghalang utama dalam proses rekonstruksi. Beberapa organisasi non-pemerintah telah berusaha memberikan bantuan, tetapi keterbatasan sumber daya menjadi kendala besar.
Namun, di tengah keterpurukan, ada secercah harapan. Komunitas lokal perlahan bersatu untuk membangun kembali kehidupan mereka. Pasar-pasar kecil mulai bermunculan, dan program pendidikan untuk anak-anak kembali berjalan meskipun dalam kondisi serba terbatas. Hal ini menjadi bukti semangat warga Homs untuk bangkit dari kehancuran.
Potret Homs yang luluh lantak akibat perang saudara menjadi pengingat penting akan dampak besar konflik terhadap kehidupan manusia. Tahun 2025 menjadi momen krusial bagi Suriah untuk memulai langkah pemulihan. Dukungan dari masyarakat internasional sangat diharapkan agar kota ini dan wilayah lain di Suriah dapat menemukan jalan menuju kehidupan yang lebih baik.