JAKARTA – Ketua Komisi I DPR RI, Meutya Hafid, menyampaikan bahwa ia memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan keberanian sebelum akhirnya berhadapan dengan Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto.
Pernyataan tersebut muncul dalam rapat kerja Komisi I DPR RI yang melibatkan Kementerian Pertahanan (Kemenhan), Kementerian Luar Negeri (Kemenlu), serta Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham), yang berlangsung di Gedung DPR RI, Senayan.
“Sebelum membuka rapat, saya ingin menyampaikan bahwa untuk mengundang mitra kami, Menteri Pertahanan, saya telah mengumpulkan keberanian yang luar biasa dan memerlukan waktu yang cukup panjang,” ujar Meutya dengan nada penuh hormat.
Meutya menegaskan bahwa keberaniannya ini bukan karena rasa takut terhadap Prabowo, tetapi karena dia kini juga adalah Presiden terpilih, dipilih langsung oleh 96 juta masyarakat Indonesia. Menurut Meutya, legitimasi sebesar itu membuat terasa beban yang berbeda saat berada di hadapan Prabowo.
Bagi saya, legitimasi yang dimiliki beliau sangat besar, bahkan melebihi jumlah suara yang diraih oleh seluruh anggota Komisi I DPR RI dalam pemilihan legislatif (pileg) yang lalu, tambahnya.
Prabowo yang hadir dalam rapat tersebut tampak tetap tenang dan tidak banyak bicara. Ia beberapa kali memberikan salam dengan lambaian tangan, serta menelungkupkan tangan sebagai tanda hormat kepada para anggota Komisi I DPR RI yang hadir.
Agenda utama rapat ini adalah pembahasan lima Rancangan Undang-Undang (RUU) ratifikasi di bidang pertahanan. Lima RUU tersebut mencakup kerja sama pertahanan antara Indonesia dengan negara-negara seperti India, Prancis, Kamboja, Brasil, dan Uni Emirat Arab (UEA).