Trump Tantang Inggris Hadapi Rusia, Starmer Tanggapi dengan Senyuman

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menanyakan kepada Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, apakah negaranya mampu menghadapi Rusia tanpa bantuan dari pihak lain. Pertanyaan itu disampaikan saat pertemuan mereka di Gedung Putih pada Kamis (27/2). Sebelum pertemuan tertutup berlangsung, Trump menyatakan keyakinannya bahwa Inggris dapat menjaga diri dengan baik tanpa perlu banyak bantuan. Ia juga menegaskan bahwa jika Inggris memang membutuhkannya, Amerika Serikat akan selalu siap mendukung.

Menanggapi pernyataan tersebut, Starmer menyatakan rasa bangganya terhadap negaranya dan menyoroti eratnya hubungan antara Inggris dan Amerika Serikat. Ia menggambarkan kerja sama kedua negara sebagai aliansi terbesar di dunia dan menegaskan bahwa mereka selalu saling mendukung. Saat Trump kembali bertanya apakah Inggris benar-benar bisa menghadapi Rusia sendiri, Starmer hanya tersenyum dan menggelengkan kepala sambil menjawab singkat, “Benar…”

Pertemuan ini berlangsung di tengah upaya Amerika Serikat untuk mencapai kesepakatan strategis dengan Ukraina, yang berpotensi membuka jalan bagi berakhirnya konflik di negara tersebut. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, dijadwalkan tiba di Washington pada Jumat untuk menandatangani perjanjian yang menurut Trump sangat besar, termasuk kerja sama dalam bidang logam tanah jarang.

Dalam konferensi persnya, Starmer menegaskan bahwa Inggris berkomitmen mendukung upaya perdamaian yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Ia juga menekankan bahwa kesepakatan yang dicapai harus dihormati dan dipatuhi oleh semua pihak yang terlibat.

Kanada Perkuat Aliansi Intelijen Eropa di Tengah Ketegangan dengan AS

Kanada berencana memperdalam kerja sama intelijen dengan negara-negara Eropa seiring meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat terkait berbagai isu global, termasuk konflik di Ukraina. Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Melanie Joly, seperti dilaporkan oleh Canada Press pada Selasa, 25 Februari 2025. Joly menegaskan bahwa Kanada perlu memahami dinamika global secara lebih baik demi melindungi kepentingan nasionalnya.

Menurutnya, membangun aliansi keamanan yang solid dengan Inggris dan negara-negara Eropa lainnya menjadi semakin krusial di tengah situasi dunia yang terus berubah. Ia juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap sikap AS yang berbeda pandangan dengan para sekutunya, terutama setelah Washington memberikan suara menentang resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai Ukraina.

Joly menambahkan bahwa Kanada terus berkomunikasi dengan Inggris, Australia, dan mitra-mitra Eropa lainnya terkait kerja sama intelijen. Selain itu, Kanada juga ingin menjaga hubungan dengan negara-negara yang memiliki sudut pandang berbeda, seperti Afrika Selatan, India, dan Arab Saudi, guna memastikan stabilitas hubungan diplomatiknya.

Sementara itu, di hari yang sama, Financial Times (FT) melaporkan bahwa penasihat senior AS, Peter Navarro, menyebut Kanada berisiko dikeluarkan dari aliansi berbagi intelijen Five Eyes. Langkah tersebut dikabarkan sebagai bagian dari strategi Presiden Donald Trump untuk lebih mengendalikan Kanada. Namun, Navarro membantah laporan FT, menuduh media kerap menyampaikan berita tanpa sumber yang jelas. Ia juga menegaskan bahwa keamanan nasional AS tetap menjadi prioritas utama yang tidak akan dikompromikan.

Swedia Kirim Kapal Perang Dan Pesawat Pengintai Ke Laut Baltik, Menghadapi Ancaman Keamanan

Swedia mengumumkan pengiriman kapal perang dan pesawat pengintai ke Laut Baltik sebagai respons terhadap meningkatnya ketegangan di kawasan tersebut. Langkah ini diambil dalam konteks upaya NATO untuk memperkuat kehadiran militer di wilayah yang strategis ini, terutama setelah serangkaian insiden yang melibatkan kerusakan infrastruktur bawah laut. Ini menunjukkan bahwa Swedia berkomitmen untuk menjaga keamanan regional di tengah ancaman yang semakin nyata.

Ketegangan di Laut Baltik telah meningkat sejak konflik Rusia-Ukraina dimulai pada tahun 2022. Beberapa insiden, termasuk kerusakan kabel telekomunikasi dan pipa gas, telah memicu kekhawatiran akan potensi sabotase yang dapat merugikan negara-negara di kawasan tersebut. Dalam konteks ini, pengiriman armada militer menjadi langkah strategis untuk menunjukkan kekuatan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman. Ini mencerminkan pentingnya keamanan maritim bagi negara-negara yang berbatasan dengan Laut Baltik.

Swedia berencana mengirim hingga tiga kapal perang dan sebuah pesawat pengintai ASC 890 ke Laut Baltik. Kapal-kapal ini akan beroperasi dalam kerangka kerja sama dengan NATO untuk meningkatkan patroli dan pengawasan di perairan yang dianggap semakin rentan. Dengan adanya armada ini, Swedia berharap dapat memperkuat kemampuan deteksi dini terhadap potensi ancaman dan menjaga stabilitas di kawasan tersebut. Ini menunjukkan bahwa kolaborasi internasional sangat penting dalam menjaga keamanan regional.

Langkah Swedia ini juga sejalan dengan keputusan NATO untuk meningkatkan kehadiran militernya di Laut Baltik. Sekretaris Jenderal NATO telah menyatakan bahwa aliansi akan terus memperkuat pertahanan kolektifnya di kawasan tersebut, terutama dalam menghadapi ancaman dari Rusia. Dukungan NATO memberikan legitimasi tambahan bagi tindakan Swedia dan menunjukkan solidaritas antarnegara anggota dalam menjaga keamanan bersama. Ini mencerminkan pentingnya aliansi dalam menghadapi tantangan keamanan global.

Reaksi terhadap langkah Swedia ini bervariasi, dengan beberapa negara menyambut baik upaya tersebut sebagai langkah positif dalam memperkuat keamanan regional. Namun, ada juga kekhawatiran bahwa peningkatan militerisasi dapat memicu respon dari pihak-pihak tertentu, terutama Rusia. Hal ini menunjukkan bahwa dinamika geopolitik di kawasan ini sangat kompleks dan memerlukan pendekatan hati-hati dari semua pihak yang terlibat.

Dengan pengiriman kapal perang dan pesawat pengintai ke Laut Baltik, semua pihak kini diajak untuk memperhatikan bagaimana situasi ini akan berkembang ke depan. Keberhasilan Swedia dalam menjaga stabilitas kawasan akan sangat bergantung pada kemampuan mereka untuk berkolaborasi dengan NATO dan negara-negara tetangga lainnya. Ini menjadi momen penting bagi keamanan maritim di Eropa utara, di mana tantangan baru terus muncul seiring dengan perubahan lanskap geopolitik global.