Yerusalem – Sebanyak 100 dokter Israel baru-baru ini menandatangani petisi yang mendesak Angkatan Pertahanan Israel (IDF) untuk menyerang rumah sakit di Gaza, yang dituduh sebagai tempat persembunyian Hamas. Petisi ini telah menimbulkan kontroversi luas dan memicu reaksi keras dari komunitas medis internasional.
Menurut laporan Jordan Times, ratusan tenaga medis dari Kompleks Asosiasi Profesional di Amman melakukan protes di kantor PBB untuk menanggapi petisi tersebut. Para pengunjuk rasa menyuarakan kekhawatiran mereka mengenai tingginya jumlah tenaga medis yang tewas dalam konflik ini, serta kondisi tragis yang dihadapi oleh warga Gaza. Demonstrasi ini menyoroti krisis kemanusiaan yang mendalam dan menuntut tindakan konkret dari masyarakat internasional.
Dalam aksi tersebut, para demonstran membawa poster-poster dengan tulisan seperti “Berhenti Menembak Sekarang”, “Rumah Sakit Bukan Target”, dan “Berhenti Genosida”. Mereka juga memprotes kekurangan akses ke bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan dan mendesak pembukaan perbatasan Rafah secara permanen untuk memudahkan distribusi bantuan medis dan kemanusiaan ke Gaza.
Kementerian Kesehatan Gaza mengutuk keras serangan Israel terhadap konvoi ambulans yang mengangkut pasien dari rumah sakit Al Shifa di Gaza menuju perbatasan Rafah. Serangan tersebut dianggap sebagai tindakan yang merugikan dan memperburuk kondisi kemanusiaan yang sudah kritis di wilayah tersebut.
Selama beberapa hari terakhir, serangan udara Israel dilaporkan telah menyebabkan kematian sekitar 150 tenaga medis dan menghancurkan 27 ambulans yang sangat penting untuk evakuasi dan perawatan pasien. Selain itu, Kementerian Kesehatan Gaza menyatakan bahwa akibat dari serangan ini, 16 rumah sakit dan 24 pusat perawatan primer di Gaza terpaksa ditutup dan tidak lagi beroperasi. Penutupan fasilitas medis ini semakin memperparah situasi kesehatan di Gaza, di mana banyak warga sipil yang membutuhkan perawatan mendesak.
Media Israel baru-baru ini melaporkan bahwa seratus dokter Israel telah menandatangani surat terbuka yang mendukung pengeboman rumah sakit Gaza. Dokter-dokter ini mengklaim bahwa fasilitas-fasilitas tersebut digunakan oleh Hamas sebagai tempat persembunyian. Surat ini menimbulkan kemarahan di kalangan komunitas medis internasional. Salah satu dokter Israel yang menentang petisi tersebut mengutuk tindakan rekan-rekannya melalui video, menyebut tindakan mereka sebagai pengkhianatan terhadap prinsip-prinsip etika medis.
Dokter tersebut mempertanyakan integritas dan komitmen para penandatangan surat dalam membantu orang-orang yang membutuhkan, serta mendesak organisasi kesehatan global untuk meminta pertanggungjawaban mereka. Ia juga menyoroti pentingnya mempertahankan standar etika dalam profesi medis, terutama dalam situasi konflik.
Maha Fakhoury, Anggota Dewan Asosiasi Medis Yordania (JMA), menegaskan bahwa krisis kemanusiaan di Gaza sangat mendalam, terutama karena kekurangan pasokan medis yang memengaruhi ibu hamil dan anak-anak. Banyak pasien tidak mendapatkan perawatan yang memadai, dan beberapa operasi dilakukan tanpa anestesi, menunjukkan betapa buruknya kondisi di lapangan.
JMA juga menyerukan kepada dokter di Yordania untuk memboikot perusahaan farmasi yang mendukung Israel dan telah menyerahkan memorandum kepada kantor PBB di Yordania. Memorandum ini merinci kejahatan yang dilakukan Israel terhadap warga sipil Gaza dan menyerukan agar Israel bertanggung jawab atas tindakan tersebut di hadapan Pengadilan Kriminal Internasional. Dengan langkah-langkah ini, JMA berharap dapat meningkatkan perhatian internasional terhadap krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Gaza.