Pada Minggu, Qatar mendesak tindakan segera untuk menekan Israel agar membuka akses bagi pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang sedang diblokade. Menteri Luar Negeri Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menyampaikan bahwa negaranya menentang penggunaan kelaparan dan bantuan kemanusiaan sebagai alat pemaksaan terhadap rakyat Palestina di Gaza. Dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Turki, Hakan Fidan, di Doha, Al Thani menegaskan bahwa Qatar terus berupaya bersama mitra-mitra internasional untuk mengakhiri konflik yang berkepanjangan di Gaza dan menegakkan hak-hak dasar warga Palestina yang terus teraniaya.
Al Thani menambahkan bahwa berbagai upaya harus dilakukan untuk memaksa Israel membuka akses bagi bantuan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan oleh rakyat Gaza, yang tengah berjuang di tengah serangan dan blokade yang mengisolasi wilayah tersebut. Dia juga menyatakan kekhawatirannya yang mendalam terhadap kegagalan perundingan gencatan senjata yang telah berlangsung lama, serta serangan-serangan brutal yang terus dilancarkan oleh Israel meskipun ada upaya internasional untuk mengakhiri perang. Konflik ini telah merenggut nyawa hampir 51.500 warga Palestina di Gaza sejak Oktober 2023, dengan sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak yang tak berdosa.
Pada November lalu, Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap pemimpin Israel Benjamin Netanyahu dan mantan menteri pertahanannya, Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan di Gaza. Selain itu, Israel juga menghadapi tuduhan genosida di Mahkamah Internasional terkait dengan tindakan militernya di wilayah Palestina tersebut. Semua ini mencerminkan semakin buruknya situasi di Gaza, yang semakin mendesak untuk mendapat perhatian lebih dari komunitas internasional.