Misteri Sandera di Gaza: Harapan Pembebasan di Tengah Gencatan Senjata

Sejak konflik Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober 2023, kelompok Hamas tidak hanya menewaskan warga sipil tetapi juga menyandera sejumlah orang Israel. Saat ini, dengan adanya gencatan senjata yang sedang berlangsung di Gaza, negosiasi terus dilakukan untuk membahas kemungkinan pembebasan para tawanan yang masih tersisa. Dikutip dari AFP pada Jumat (28/2/2025), fase kedua dari kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas berpotensi membawa perdamaian permanen dan membebaskan sisa sandera yang masih ditawan.

Fase pertama gencatan senjata yang dimulai pada 19 Januari 2025 dan berakhir pada 1 Maret 2025 telah membebaskan 25 sandera Israel serta delapan jenazah, sebagai imbalan atas ratusan tahanan Palestina. Selain itu, lima warga Thailand juga dibebaskan di luar perjanjian gencatan senjata. Pihak berwenang Israel memperkirakan bahwa dari 58 sandera yang masih berada di Gaza, 24 di antaranya diyakini masih hidup. Namun, sebagian besar tidak memiliki bukti kehidupan yang jelas. Bahkan, tiga dari empat jenazah sandera yang dipulangkan minggu ini awalnya diduga masih hidup sebelum akhirnya ditemukan telah tewas.

Dalam video yang dirilis Hamas, beberapa sandera terlihat, termasuk Evyatar David (24) dan Guy Gilboa-Dalal (23), yang menyaksikan serah terima tawanan lainnya. Sandera lain seperti Edan Alexander (21) dan Matan Zangauker (25) juga muncul dalam rekaman antara akhir November hingga awal Desember 2024. Informasi dari para sandera yang telah dibebaskan menyebutkan bahwa lebih dari selusin tawanan masih hidup. Seluruh sandera yang tersisa adalah laki-laki, mayoritas berusia di bawah 30 tahun, dengan 22 di antaranya berkewarganegaraan Israel dan 10 memiliki kewarganegaraan ganda.

Selain itu, terdapat dua warga asing yang masih disandera, yakni Bipin Joshi (24) dari Nepal dan Natthapong Pinta (35) dari Thailand. Di antara para sandera, lima orang adalah tentara Israel, termasuk Tamir Nimrodi dan Nimrod Cohen yang masih berusia 20 tahun, menjadikan mereka sandera termuda yang masih berada di Gaza. Sementara itu, Omri Miran (47) dari Hongaria adalah sandera tertua. Dari total 24 sandera yang diyakini masih hidup, 11 di antaranya ditangkap saat menghadiri festival musik yang diserang pada 7 Oktober 2023.

Dari 251 orang yang diculik Hamas sejak awal perang, sedikitnya 41 orang telah tewas saat dibawa ke Gaza. Kelompok Hamas dan Jihad Islam masih menahan jenazah 34 sandera, termasuk mereka yang tewas selama serangan 2023 serta yang meninggal di masa penahanan. Sebanyak 145 sandera telah dibebaskan dalam keadaan hidup, sementara 48 jenazah telah dipulangkan.

Ukraina Dan Rusia Lakukan Pertukaran Tawanan Perang, 300 Orang Dibebaskan

Pada tanggal 1 Januari 2025, Ukraina dan Rusia kembali melakukan pertukaran tawanan perang yang melibatkan total 300 orang. Dalam kesepakatan ini, masing-masing pihak membebaskan 150 tawanan, menandai salah satu langkah penting dalam upaya untuk mengurangi ketegangan antara kedua negara yang terlibat dalam konflik berkepanjangan ini.

Pertukaran ini terjadi setelah serangkaian negosiasi yang intensif, dengan mediasi dari Uni Emirat Arab (UEA). UEA telah berperan sebagai perantara dalam beberapa pertukaran sebelumnya, menunjukkan komitmennya untuk membantu meredakan ketegangan antara Ukraina dan Rusia. Proses ini diharapkan dapat memberikan harapan bagi keluarga para tawanan yang telah lama menunggu kabar tentang orang-orang terkasih mereka.

Dari total 300 tawanan yang dipertukarkan, Ukraina mengonfirmasi bahwa 150 orang yang dibebaskan termasuk anggota angkatan bersenjata dan warga sipil. Beberapa di antara mereka adalah prajurit yang terlibat dalam pertempuran di daerah-daerah strategis seperti Pulau Ular dan pabrik baja Azovstal. Pembebasan ini menjadi momen emosional bagi banyak pihak, terutama bagi keluarga yang telah menunggu kepulangan mereka.

Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, menyambut baik pertukaran ini dengan menyatakan bahwa “kembalinya orang-orang kami dari penahanan Rusia selalu menjadi berita yang menggembirakan.” Ia menekankan pentingnya terus berjuang untuk membebaskan semua tawanan perang dan berjanji akan melakukan segala upaya untuk membawa pulang prajurit dan warga sipil yang masih ditahan.

Meskipun pertukaran ini dianggap sukses, tantangan dalam negosiasi tetap ada. Sebelumnya, proses pertukaran mengalami perlambatan akibat berbagai faktor, termasuk kondisi di medan perang dan perbedaan pendapat antara kedua negara. Namun, dengan adanya kemajuan dalam negosiasi kali ini, diharapkan akan ada lebih banyak pertukaran di masa depan.

Pertukaran tawanan perang ini memberikan harapan baru bagi kedua belah pihak di tengah situasi yang sulit. Semua pihak kini menantikan langkah-langkah selanjutnya dalam proses diplomatik untuk menyelesaikan konflik yang telah berlangsung selama hampir tiga tahun. Dengan adanya upaya-upaya seperti ini, diharapkan akan tercipta suasana yang lebih kondusif untuk dialog dan perdamaian di kawasan tersebut.