Pada Minggu (9/2/2025), Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menegaskan komitmennya untuk membeli dan mengambil alih Gaza. Dalam pernyataan yang disampaikan kepada wartawan di Air Force One, saat dalam perjalanan menuju New Orleans untuk menghadiri Super Bowl, Trump mengungkapkan, “Kami berkomitmen untuk membeli dan memiliki Gaza.” Ia menjelaskan bahwa sebagian dari wilayah Gaza dapat dibangun kembali oleh negara-negara Timur Tengah, namun di bawah pengawasan AS. Trump menekankan bahwa Amerika Serikat berencana untuk menguasai Gaza dan memastikan agar Hamas tidak kembali berkuasa.
Trump juga mengatakan bahwa ia akan mempertimbangkan permintaan untuk menerima pengungsi Palestina ke AS, meskipun keputusan tersebut akan dilihat berdasarkan tiap kasus secara individual. Menanggapi rencana Trump, Ezzat El Rashq, anggota biro politik Hamas, mengkritik pernyataan tersebut, menyebutkan bahwa Gaza adalah bagian yang tak terpisahkan dari Palestina, dan bukan properti yang bisa diperdagangkan.
Meskipun Trump telah mengungkapkan gagasan tentang pemindahan warga Palestina dari Gaza, serta membangun kembali wilayah itu sebagai bagian dari upaya besar-besaran, ketidakjelasan tentang otoritas yang akan mengelola Gaza masih menjadi tanda tanya. Perubahan besar ini datang setelah lebih dari setahun serangan yang melanda Gaza, yang merupakan balasan atas serangan Hamas pada Oktober 2023. Pengumuman Trump segera mendapat kritik dari berbagai negara.
Sebelumnya, Presiden Israel Isaac Herzog menyebutkan bahwa Trump berencana untuk bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman untuk membahas proposal tersebut, meskipun waktu dan tempat pertemuan belum dipastikan. Herzog juga mengungkapkan bahwa Trump akan segera bertemu dengan Raja Yordania Abdullah. Meski demikian, Arab Saudi dan banyak pemimpin dunia lainnya telah menolak keras rencana Trump untuk Gaza.