Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi merupakan dua infrastruktur yang dibangun pada era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan tujuan mengurangi risiko banjir. Namun, keberadaan kedua bendungan tersebut belum sepenuhnya mampu menahan banjir bandang yang melanda kawasan Jabodetabek beberapa waktu lalu.
Kedua bendungan ini diresmikan oleh Presiden Jokowi pada Desember 2022. Fungsinya adalah untuk menahan aliran air dari hulu agar tidak langsung mengalir ke hilir dan menyebabkan banjir di daerah perkotaan.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air (SDA), Lilik Retno Cahyadiningsih, mengungkapkan bahwa tidak semua aliran air bisa ditahan oleh bendungan tersebut. Hal ini disebabkan oleh curah hujan yang sangat ekstrem saat kejadian, mencapai 350 milimeter per hari.
“Kenapa masih terjadi banjir? Karena curah hujan yang turun di wilayah tersebut sangat ekstrem. Jika curah hujan melebihi 150 mm per hari, itu sudah tergolong hujan lebat. Saat itu, curah hujan mencapai 356 mm per hari, sehingga dampaknya tetap besar,” ujar Lilik dalam konferensi pers di kantor Kementerian PUPR, Jakarta, Jumat (7/3/2025).
Meski begitu, ia menegaskan bahwa kedua bendungan tersebut tetap berfungsi dengan baik. Bendungan Ciawi dan Sukamahi telah mampu menahan sekitar 2,3 juta meter kubik air.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Dody Hanggodo, juga menyoroti faktor utama yang menyebabkan banjir bandang di beberapa wilayah Jabodetabek, termasuk Bekasi, adalah curah hujan yang sangat tinggi di daerah hulu.
“Curah hujan yang tinggi di kawasan hulu, baik di atas maupun di bawah bendungan kering Ciawi dan Sukamahi, menyebabkan terjadinya banjir,” jelas Dody dalam kesempatan yang sama.
Dody juga menyampaikan bahwa pihaknya akan segera berdiskusi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Pemerintah Daerah Bekasi untuk mencari solusi jangka panjang. Salah satu langkah yang akan dibahas adalah pembangunan tanggul di sepanjang Sungai Bekasi.
“Pembangunan tanggul memerlukan ketersediaan lahan yang harus disiapkan oleh pemerintah daerah. Sebelumnya, ada kendala dalam pembebasan lahan, yang menyebabkan pengerjaan proyek ini tertunda,” tambahnya.
Ia berharap dengan selesainya proyek ini, wilayah Jakarta Timur dan Kabupaten Bekasi tidak lagi mengalami banjir. “Jika tanggul sepanjang 32 km ini selesai, insyaAllah Bekasi tidak akan mengalami banjir seperti kemarin,” ujarnya.
Presiden Jokowi sebelumnya juga menyoroti banjir yang terjadi di Jabodetabek. Menurutnya, intensitas hujan yang sangat tinggi menjadi faktor utama. Ia menjelaskan bahwa bendungan Ciawi dan Sukamahi memang dibangun untuk mengurangi aliran air Sungai Ciliwung, sementara di Jakarta sendiri terdapat 13 sungai yang mengalir.
“Jakarta menerima aliran air dari berbagai sungai. Kita sudah membangun Waduk Ciawi dan Sukamahi, serta Sodetan Ciliwung dan proyek normalisasi Sungai Ciliwung yang tersisa 16 kilometer,” kata Jokowi, Kamis (6/3/2025).
Ia juga menegaskan bahwa setelah proyek Ciliwung selesai, masih ada 12 sungai lain yang perlu dinormalisasi. “Selain itu, ada ancaman dari air laut yang naik 8-12 cm setiap tahunnya. Menurut prediksi satelit NASA, pada 2050 sepertiga wilayah Jakarta berpotensi terdampak banjir rob,” tambahnya.
Jokowi menegaskan bahwa bendungan yang diresmikan pada 2022 ini merupakan bendungan kering yang berfungsi sebagai pengendali banjir di Jakarta. Namun, jika volume air terlalu besar, kapasitas bendungan tentu akan terbatas.