Teror Pisau di Mulhouse: Satu Tewas, Tiga Polisi Terluka, dan Tersangka Berhasil Ditangkap

Sebuah serangan pisau yang mengejutkan publik terjadi di Kota Mulhouse, Prancis, pada Sabtu (22/2/2025) sore, menewaskan satu orang dan melukai tiga petugas polisi. Insiden tragis ini berlangsung saat berlangsungnya demonstrasi solidaritas untuk Republik Demokratik Kongo dan tercatat terjadi tepat sebelum pukul 16.00 waktu setempat.

Presiden Prancis, Emmanuel Macron, langsung mengutuk serangan ini sebagai aksi terorisme. Dalam pernyataannya, Macron menegaskan bahwa pemerintah akan terus berupaya maksimal untuk memberantas segala bentuk terorisme di Prancis. Kasus ini kini ditangani oleh unit jaksa penuntut antiteror nasional (PNAT), dengan penyelidikan dipimpin langsung oleh jaksa Nicolas Heitz.

Pelaku serangan, pria berusia 37 tahun yang sebelumnya masuk dalam daftar pemantauan pencegahan terorisme, berhasil diamankan di lokasi kejadian. Akibat aksinya, dua polisi mengalami luka serius—salah satunya cedera pada arteri karotis dan yang lainnya di bagian dada—sementara seorang polisi lainnya mengalami luka ringan. Selain itu, seorang warga negara Portugal berusia 69 tahun yang mencoba menghentikan penyerangan turut mengalami luka parah.

Menteri Dalam Negeri Prancis, Bruno Retailleau, mengungkapkan bahwa pemerintah sebelumnya telah berulang kali berusaha mengekstradisi tersangka ke negara asalnya, Aljazair. Namun, proses tersebut terhambat karena pemerintah Aljazair menolak menerima kepulangan tersangka.

Beberapa saksi mata melaporkan bahwa pelaku sempat meneriakkan seruan keagamaan saat menyerang para petugas, yang semakin memperkuat dugaan motif terorisme. Pasca-insiden, aparat kepolisian langsung mengamankan area kejadian dengan perimeter ketat, sementara unit militer dikerahkan untuk menjaga situasi tetap terkendali. Di sisi lain, tim forensik bekerja cepat memeriksa barang bukti dan noda darah di lokasi sebelum hujan turun dan menghilangkan jejak penting.

Kelompok Pemberontak M23 Semakin Menguasai Wilayah di RD Kongo, Ibu Kota Provinsi Berisiko Terancam.

Kinshasa, Republik Demokratik Kongo – Kelompok pemberontak March 23 Movement (M23) berhasil memperluas pengaruh mereka di wilayah timur Kongo, dengan merebut dua distrik di Provinsi Kivu Selatan pada Rabu, 29 Januari 2025. Distrik-distrik yang jatuh ke tangan M23 adalah Kiniezire dan Mukwidja, menambah daftar wilayah yang kini berada di bawah kendali kelompok tersebut.

Berbeda dengan saat mereka merebut Goma di Provinsi Kivu Utara, kali ini M23 berhasil menguasai kedua distrik tersebut tanpa menghadapi perlawanan signifikan dari militer Republik Demokratik Kongo (FARDC). Seorang pemimpin masyarakat setempat yang memilih untuk tidak disebutkan namanya demi alasan keamanan mengonfirmasi bahwa pasukan M23 masuk ke wilayah tersebut tanpa pertempuran yang berarti. Beberapa warga setempat juga memberikan keterangan serupa melalui telepon dengan AFP.

Konflik yang Berkepanjangan di Wilayah Kaya Sumber Daya Wilayah timur Republik Demokratik Kongo, terutama Provinsi Kivu Utara dan Kivu Selatan, telah menjadi episentrum konflik selama lebih dari 30 tahun. Daerah ini kaya akan sumber daya mineral, seperti emas, kobalt, dan coltan, yang sering menjadi pemicu ketegangan antar kelompok bersenjata.

Selain M23, terdapat sejumlah kelompok milisi lainnya yang beroperasi di wilayah ini, sering kali dengan dukungan dari negara-negara tetangga seperti Rwanda, Burundi, dan Uganda. Dukungan dari pihak eksternal ini semakin memperburuk upaya penyelesaian konflik yang telah berlangsung lama.

Di Kivu Selatan, FARDC membangun pertahanan utama di Kota Kavumu, yang memiliki lapangan terbang strategis. Jika M23 berhasil menembus Kavumu, ibu kota provinsi, Bukavu, berisiko menjadi sasaran selanjutnya.

Sementara itu, pasukan FARDC yang sebelumnya bertahan di Goma mulai mundur akibat serangan M23, dengan dugaan keterlibatan militer Rwanda dalam pertempuran tersebut. Beberapa tentara FARDC dilaporkan melarikan diri ke Bukavu dengan menaiki perahu melintasi Danau Kivu.

M23 Diprediksi Akan Terus Menyebar Duta Besar Keliling Rwanda untuk kawasan Danau Besar Afrika, Vincent Karega, menyatakan bahwa M23 kemungkinan besar akan terus memperluas wilayah kekuasaannya di Kivu Selatan. “Goma bukan tujuan akhir mereka. Mereka akan terus maju,” ungkap Karega dalam wawancara dengan AFP pada Rabu (29/1/2025).

Sebelumnya, pada 19 Januari, M23 telah menguasai wilayah Kalehe dan merebut kota pertambangan Lumbishi, yang terletak sekitar 170 kilometer dari Bukavu. Dua hari setelahnya, mereka juga berhasil merebut Minova, kota yang menjadi penghubung antara Kivu Selatan dan Goma.

Dengan semakin luasnya wilayah yang dikuasai M23, situasi di Republik Demokratik Kongo diperkirakan akan semakin memburuk, sementara komunitas internasional terus memantau perkembangan konflik ini dengan penuh perhatian.