Presiden Kolombia Jadi Target Serangan Rudal, Perang Melawan Kartel Makin Memanas

Presiden Kolombia, Gustavo Petro, mengungkapkan bahwa dirinya menjadi sasaran rencana serangan rudal oleh kelompok kriminal besar. Dalam sebuah upacara polisi di Bogota pada Senin (17/2/2025), Petro menyatakan bahwa para pelaku berencana meluncurkan dua rudal untuk menjatuhkan pesawat kepresidenan.

“Mereka ingin menembak jatuh pesawat saya dengan dua rudal. Kami tahu siapa mereka,” ujar Petro, dikutip dari AFP pada Rabu (19/2/2025). Menurutnya, rudal tersebut dibeli oleh jaringan pengedar narkoba dan kelompok kriminal yang saat ini menjadi target operasi pemerintah.

Petro menuding kelompok gerilya ELN sebagai salah satu pihak yang terlibat, mengingat konflik bersenjata yang terus berlanjut. Ia menegaskan bahwa serangan ini adalah upaya untuk menghentikan kebijakan tegasnya dalam memberantas kejahatan terorganisir. Sementara itu, pemerintahan Petro tengah menghadapi tantangan berat, termasuk penurunan dukungan publik dan perombakan kabinet akibat kinerja yang dinilai kurang efektif.

Di sisi lain, Kolombia masih terjebak dalam konflik berkepanjangan. ELN baru-baru ini melancarkan serangan di wilayah Choco, mengganggu aktivitas warga, menutup sekolah, dan memaksa ribuan orang mengungsi. Bentrokan serupa terjadi di Catatumbo, di mana pertempuran antara ELN dan mantan gerilyawan FARC telah menewaskan 63 orang dan menyebabkan lebih dari 50.000 warga mengungsi sejak Januari.

Situasi semakin memanas setelah kelompok pembangkang FARC yang menamakan diri mereka EMC melancarkan serangan drone terhadap rumah sakit lapangan di Micay. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut, tetapi Petro mengecam tindakan itu sebagai pelanggaran serius terhadap Hukum Humaniter Internasional.

Dengan konflik yang terus membara dan ancaman terhadap keselamatan dirinya, Petro menegaskan bahwa pemerintah tidak akan mundur dalam perjuangan mewujudkan perdamaian dan memberantas kekuatan mafia yang merongrong Kolombia.

Serangan Rudal dari Yaman Mengguncang Israel Tengah: Sirene Meraung, Warga Panik Cari Perlindungan

TEL AVIV — Pada Minggu pagi, 15 September 2024, wilayah Israel tengah diguncang oleh serangan rudal dari Yaman, menurut pengumuman militer Israel. Rudal permukaan-ke-permukaan tersebut menghantam wilayah yang tidak berpenduduk, mengakibatkan sirene peringatan serangan udara berbunyi di Tel Aviv dan sekitarnya.

Sekitar pukul 06.35 pagi waktu setempat, sirene memicu kepanikan di kalangan warga Israel yang berlarian mencari tempat perlindungan. Militer Israel mengonfirmasi bahwa meski rudal tersebut jatuh di area terbuka, tidak ada korban luka yang dilaporkan. Dentuman keras yang terdengar di wilayah tersebut ternyata berasal dari pencegat rudal yang diluncurkan untuk mencegah dampak yang lebih parah.

Seorang saksi mata melaporkan bahwa asap sempat terlihat di lapangan terbuka di Israel tengah, namun tidak jelas apakah asap tersebut berasal dari rudal atau puing-puing pencegat. Meski demikian, militer Israel memastikan bahwa pedoman perlindungan untuk warga tidak berubah dan tidak ada ancaman langsung terhadap keselamatan publik.

Serangan rudal ini merupakan bagian dari ketegangan yang meningkat antara Israel dan kelompok Houthi di Yaman, yang sebelumnya pada bulan Juli lalu telah meluncurkan pesawat tak berawak ke Tel Aviv. Serangan tersebut mengakibatkan satu kematian dan empat orang terluka, mendorong respons udara besar-besaran oleh Israel terhadap target-target Houthi di Yaman.

Pada hari yang sama, Israel juga menghadapi ancaman dari Lebanon, di mana 40 proyektil ditembakkan ke arah wilayah Israel. Beruntung, proyektil-proyektil tersebut berhasil dicegat atau mendarat di area terbuka tanpa menyebabkan korban luka.

Perkembangan situasi ini menegaskan ketegangan yang terus berlanjut di kawasan tersebut, dan penegakan keamanan tetap menjadi prioritas utama bagi Israel dalam menghadapi ancaman serangan dari berbagai arah.