Asnawi Tak Dipanggil Masuk Skuad Jelang Kualifikasi Piala Dunia 2026

Pada 2 November 2024, kabar mengejutkan datang dari dunia sepak bola Indonesia. Asnawi Mangkualam, bek andalan tim nasional, tidak masuk dalam daftar pemain yang dipanggil untuk kualifikasi Piala Dunia 2026.

Pelatih timnas, yang baru saja mengumumkan skuad, menyebutkan bahwa keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan performa dan kondisi fisik Asnawi. Meskipun sebelumnya tampil solid, pelatih merasa perlu mengevaluasi pilihan untuk meraih hasil terbaik.

Asnawi menyatakan kekecewaannya atas keputusan ini, namun bertekad untuk terus berlatih dan membuktikan dirinya layak untuk dipanggil kembali. Reaksi dari publik dan penggemar pun beragam; sebagian mendukung keputusan pelatih, sementara yang lain berharap Asnawi tetap diberikan kesempatan.

Ketiadaan Asnawi diperkirakan akan mempengaruhi kekuatan timnas Indonesia di kualifikasi mendatang. Sebagai salah satu pemain kunci, pengalamannya sangat dibutuhkan dalam menghadapi lawan-lawan tangguh di grup tersebut.

Meskipun Asnawi tidak dipanggil kali ini, banyak pihak berharap ia dapat kembali memperkuat timnas di masa depan. Dengan kompetisi yang ketat dan persaingan yang semakin tinggi, peluang untuk kembali bergabung di skuad sangat terbuka, asalkan ia mampu menunjukkan performa terbaiknya di liga domestik.

Citra Satelit Ungkap Dua Parit Misterius di Perbatasan Korea Utara dan Korea Selatan

PYONGYANG, trimtechketoacvgummies.com – Korea Utara dilaporkan membangun dua parit besar yang membentang di sepanjang jalur jalan raya dan rel kereta api di perbatasan dengan Korea Selatan. Penemuan ini diungkap melalui citra satelit dari Planet Labs PBC pada Rabu (30/10/2024).

Menurut laporan The Independent pada Kamis (31/10/2024), pembangunan parit ini dilakukan setelah Korea Utara menghancurkan bagian utara rute lintas perbatasan pada awal Oktober 2024. Meski belum ada informasi pasti mengenai tujuan dari parit ini, salah satu parit di sisi timur dilaporkan memiliki panjang sekitar 150 meter dengan area kosong di satu sisi.

Gambar satelit menunjukkan parit yang membentang di sepanjang jalan dan rel yang melalui bagian barat Zona Demiliterisasi (DMZ) antara kedua negara. Ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir karena Korea Utara terus mengembangkan program senjata nuklirnya di bawah pimpinan Kim Jong Un. Selain itu, Korea Utara dilaporkan memasok amunisi dan mendukung pasukan Rusia dalam konflik yang sedang berlangsung di Ukraina.

Kim Jong Un juga telah menegaskan bahwa ia tidak akan melanjutkan upaya rekonsiliasi dengan Korea Selatan. Pengerjaan parit ini diduga dimulai segera setelah Korea Utara membongkar jalan di dekat Kaesong, kota perbatasan bagian barat Korea Utara, serta jalur gabungan jalan dan rel di perbatasan timur Korea.

Citra satelit dari Planet Labs yang diperiksa oleh Associated Press menunjukkan tanda-tanda awal pembangunan parit mulai terlihat pada 17 Oktober, setelah sebelumnya terhalang oleh awan selama beberapa hari.

Parit di sisi barat terletak sekitar 1,7 kilometer dari Stasiun Dorasan, yang merupakan stasiun terakhir di Korea Selatan pada jalur yang dulunya menuju kompleks industri di Kaesong. Kompleks tersebut, simbol kerja sama ekonomi antara kedua negara, beroperasi hingga ditutup oleh Korea Selatan pada 2016 sebagai respons terhadap uji coba nuklir Korea Utara.

Dalam citra satelit, terlihat beberapa kendaraan berat dan alat pemindah tanah di sekitar lokasi parit. Pekerjaan serupa juga teramati di persimpangan di sepanjang pantai timur Semenanjung Korea, dengan parit yang memotong jalan sebelum mencapai gerbang perbatasan di DMZ.

Menurut para analis dari situs 38North, yang pertama kali melaporkan pembangunan parit ini, pekerjaan ini dimulai segera setelah Korea Utara menghancurkan bagian jalan dan rel kereta. Parit di sisi barat diperkirakan memiliki panjang sekitar 125 meter dan lebar sekitar tujuh meter, dengan tumpukan tanah besar di kedua sisinya.

WNI Thierry Henry Ditangkap Di AS Gegara Bawa Gepokan Dolar Berbentuk Hitam

Pada tanggal 1 November 2024, seorang Warga Negara Indonesia (WNI) bernama Thierry Henry ditangkap di Amerika Serikat karena membawa uang tunai dalam jumlah besar yang tidak biasa. Penangkapan ini memicu perhatian publik dan media internasional.

Thierry Henry ditangkap di bandara internasional saat hendak terbang ke luar negeri. Petugas keamanan menemukan segepok uang tunai berwarna hitam yang mencolok saat melakukan pemeriksaan bagasi. Uang tersebut terdiri dari ribuan dolar AS, dan penampilannya yang tidak biasa membuat petugas mencurigai asal-usulnya.

Setelah penangkapan, pihak berwenang segera melakukan penyelidikan lebih lanjut mengenai asal usul uang tersebut. Thierry mengklaim bahwa uang itu merupakan hasil dari transaksi bisnis yang sah, tetapi petugas tidak begitu yakin dan memutuskan untuk menahan dia sementara waktu untuk mengumpulkan bukti lebih lanjut.

Berita penangkapan Thierry langsung menarik perhatian media dan publik. Banyak yang mempertanyakan keamanan bandara dan bagaimana uang dalam jumlah besar bisa lolos dari pemeriksaan sebelumnya. Selain itu, beberapa netizen menyatakan keprihatinan tentang dampak negatif penangkapan ini terhadap citra WNI di luar negeri.

Konsulat Jenderal Indonesia di AS telah mengeluarkan pernyataan resmi terkait insiden ini. Mereka menyatakan akan memberikan bantuan hukum kepada Thierry dan memastikan hak-haknya terpenuhi selama proses hukum. Sementara itu, pihak berwenang AS menegaskan bahwa setiap individu, tanpa terkecuali, akan diperlakukan sama di mata hukum.

Dengan perkembangan ini, kasus Thierry Henry menjadi perhatian luas, dan banyak yang menantikan kelanjutan penyelidikan yang akan menentukan nasibnya ke depan.