Utusan Khusus Presiden Bidang Iklim dan Energi, Hashim Djojohadikusumo, mengungkapkan bahwa pembentukan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) merupakan gagasan yang telah dirancang sejak 40 tahun lalu oleh ayahnya, Soemitro Djojohadikoesoemo, seorang ekonom terkemuka. Hashim menyatakan bahwa pendirian Danantara memiliki makna emosional bagi dirinya dan Presiden Prabowo Subianto, yang kini diberikan kesempatan untuk mewujudkan cita-cita sang ayah.
Soemitro, yang pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan pada era Kabinet Wilopo dan Kabinet Burhanuddin Harahap, telah lama melihat pentingnya sebuah lembaga yang dapat mengelola aset negara secara profesional guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, pada masanya, gagasan tersebut belum mendapat dukungan dari pemerintah yang berkuasa saat itu. Kini, setelah empat dekade, putranya mendapatkan mandat dari rakyat untuk merealisasikan visi tersebut.
Peluncuran Danantara bukan hanya sebuah implementasi kebijakan ekonomi, tetapi juga merupakan bagian dari perjalanan panjang sejarah pemikiran yang kini mendapat restu untuk diwujudkan. Hashim berharap badan ini dapat menjadi solusi dalam mengentaskan kemiskinan serta mendorong pembangunan berkelanjutan.
Danantara, yang diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada 24 Februari di Istana Kepresidenan, akan mengelola aset senilai lebih dari 900 miliar dolar AS dengan dana awal sebesar 20 miliar dolar AS. Sebagai Sovereign Wealth Fund (SWF) Indonesia, badan ini berperan dalam mengelola investasi strategis untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.