Siklon Alfred Terjang Australia, Puluhan Ribu Rumah Gelap Gulita dan Satu Orang Hilang

Siklon Alfred menerjang pantai timur Australia dengan angin kencang dan hujan deras, menyebabkan lebih dari 80.000 rumah mengalami pemadaman listrik. Di Queensland, sebanyak 55.814 rumah dilaporkan kehilangan pasokan listrik, sementara 35.000 rumah di New South Wales juga terdampak. Otoritas setempat memperingatkan bahwa pemulihan jaringan listrik bisa memakan waktu cukup lama mengingat cuaca ekstrem masih berlangsung. Ribuan warga di Queensland telah menerima perintah evakuasi karena badai terus mendekati daratan. Siklon ini dikategorikan sebagai badai level dua dan diperkirakan akan mempertahankan kekuatannya sebelum melemah menjadi kategori satu saat melewati Teluk Moreton.

Sementara itu, di New South Wales, sebuah kendaraan roda empat terseret arus deras akibat hujan lebat. Pengemudi kendaraan tersebut sempat keluar dari mobil dan berusaha menyelamatkan diri dengan berpegangan pada pohon, namun akhirnya tersapu banjir. Tim penyelamat kini sedang melakukan pencarian intensif untuk menemukan korban yang hilang.

Badan meteorologi Australia memprediksi siklon ini akan mencapai daratan pada Sabtu pagi, membawa ancaman banjir besar dan kerusakan infrastruktur. Peringatan “Segera Berlindung” telah dikeluarkan bagi warga di Dewan Moreton Bay, sementara peringatan banjir juga diumumkan untuk Currumbin, Gold Coast. Warga di tenggara Queensland dan timur laut New South Wales kini bersiap menghadapi badai yang disebut sebagai salah satu yang terparah sejak tahun 1974. Dengan kondisi cuaca yang masih ekstrem, pihak berwenang mengimbau masyarakat tetap waspada dan mengikuti instruksi evakuasi demi keselamatan.

Chile Lumpuh Total: Pemadaman Listrik Meluas, Keadaan Darurat Ditetapkan

Pemerintah Chile mengumumkan keadaan darurat dan memberlakukan jam malam setelah pemadaman listrik besar-besaran melanda sebagian besar wilayah negara itu, termasuk ibu kota Santiago, pada Selasa (25/2/2025). Insiden yang jarang terjadi ini menyebabkan jutaan warga kehilangan akses listrik, mengganggu transportasi, dan memicu kekacauan di berbagai sektor. Akibatnya, ribuan orang harus dievakuasi dari stasiun-stasiun metro, sementara banyak warga terpaksa berdesakan di dalam bus yang penuh sesak.

Pemadaman listrik ini berdampak luas, mulai dari Arica di utara hingga Los Lagos di selatan, mencakup lebih dari 90 persen populasi Chile yang berjumlah 20 juta jiwa. Lima jam setelah insiden terjadi, Menteri Dalam Negeri Carolina Toha mengumumkan jam malam dari pukul 22.00 hingga 06.00 pagi, sebagai langkah untuk menjaga keamanan masyarakat di tengah kemungkinan pemadaman berkepanjangan. Toha menegaskan bahwa gangguan ini bukan akibat sabotase, melainkan kegagalan sistem yang sedang dalam proses perbaikan.

Akibat padamnya listrik, sistem transportasi lumpuh total. Metro Santiago yang setiap hari melayani sekitar 2,3 juta penumpang terpaksa mengevakuasi penumpangnya. Lampu lalu lintas yang tidak berfungsi menyebabkan kemacetan parah, sementara banyak warga terpaksa berjalan kaki berjam-jam di bawah terik matahari untuk pulang. Beberapa kantor dan toko tutup lebih awal, menghambat aktivitas bisnis. Seorang pekerja, Maria Angelica Roman (45), mengungkapkan kebingungannya setelah dipulangkan dari kantor tetapi kesulitan mencari transportasi. Di sisi lain, seorang petugas bank bernama Jonathan Macalupu (25) mengatakan bahwa seluruh operasional perbankan harus dihentikan akibat pemadaman ini. Bahkan, seorang perempuan dilaporkan terjebak di dalam lift karena listrik mati mendadak.

Peristiwa ini mengingatkan pada insiden serupa pada tahun 2010, ketika kerusakan pembangkit listrik di Chile selatan menyebabkan pemadaman luas hanya sebulan setelah gempa bumi dahsyat berkekuatan magnitudo 8,8 yang menewaskan lebih dari 500 orang serta melumpuhkan jaringan listrik nasional.