Populasi Jepang Menyusut, KBRI Tokyo Tanggapi Permintaan TKI

Jepang, yang dikenal sebagai “Negeri Sakura”, saat ini tengah menghadapi tantangan besar terkait dengan penurunan jumlah populasi. Pada paruh pertama tahun 2024, Kementerian Kesehatan Jepang melaporkan hanya tercatat 350.074 kelahiran, sebuah angka yang menurun hampir 6 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Angka kelahiran ini bahkan menjadi yang terendah dalam hampir setengah abad terakhir, sejak Tokyo mulai mencatatkan data statistik kelahiran secara resmi pada tahun 1969.

Tren ini menunjukkan bahwa banyak pasangan muda Jepang yang menunda atau bahkan memilih untuk tidak memiliki anak sama sekali. Tak jarang, generasi muda di Jepang juga memilih untuk hidup sendiri dan tidak menikah, menyumbang pada rendahnya angka kelahiran yang mengkhawatirkan. Selain itu, Jepang juga memiliki populasi yang semakin tua, menjadikannya sebagai negara dengan proporsi penduduk lansia terbesar kedua di dunia setelah Italia.

Menteri Kesehatan Jepang untuk periode 2023-2024, Keizo Takemi, mengungkapkan keprihatinan mendalam mengenai kondisi ini. Ia memperingatkan bahwa pada dekade 2030-an, jumlah tenaga kerja muda di Jepang akan semakin menyusut. Oleh karena itu, Takemi menyebutkan bahwa enam tahun ke depan merupakan waktu yang sangat krusial bagi negara ini untuk mengatasi penurunan populasi yang semakin mendalam.

Di tengah krisis ini, muncul kabar yang beredar luas di media sosial bahwa Jepang mulai membuka lebih banyak kesempatan bagi tenaga kerja asing, termasuk dari Indonesia, untuk membantu mengisi kekurangan tenaga kerja yang semakin mendalam. Indonesia, dengan populasi muda yang besar, dianggap sebagai salah satu mitra potensial yang bisa membantu negara tersebut mengatasi dampak negatif dari penurunan jumlah penduduk.

Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI Tokyo) membenarkan kabar tersebut. Muhammad Al Aula, Koordinator Fungsi Penerangan dan Sosial Budaya KBRI Tokyo, menyatakan bahwa kebutuhan tenaga kerja asing di Jepang memang sangat besar. “Penurunan jumlah penduduk di Jepang dan terbukanya peluang kerja bagi pekerja asing sudah menjadi pengetahuan umum di Jepang,” jelas Al Aula dalam wawancaranya dengan Kompas.com pada Rabu (26/2/2025).

Menurut Al Aula, tenaga kerja Indonesia (TKI) sangat dicari oleh pasar kerja Jepang. Indonesia dipilih sebagai salah satu negara pengirim tenaga kerja asing karena beberapa faktor, seperti kualitas kerja yang baik dan kemampuan beradaptasi dengan kultur sosial Jepang yang diakui. Al Aula juga menambahkan bahwa kebutuhan tenaga kerja asing di Jepang diperkirakan akan terus tinggi dalam beberapa tahun mendatang, dengan lapangan pekerjaan yang bervariasi.

Bagi pekerja migran Indonesia (PMI) yang ingin bekerja di Jepang, terdapat berbagai sektor yang sangat membutuhkan tenaga kerja, terutama dalam skema Specialized Skilled Worker (SSW). Beberapa sektor strategis yang membutuhkan pekerja asing di Jepang meliputi keperawatan, industri manufaktur, konstruksi, pembuatan kapal dan mesin kapal, perbaikan mobil, industri penerbangan, perhotelan, pertanian, perikanan, transportasi mobil dan kereta api, serta perhutanan.

KBRI Tokyo juga terus memberikan edukasi kepada calon pekerja Indonesia yang ingin bekerja di Jepang, agar mempersiapkan diri dengan matang, terutama dalam hal pemahaman terhadap pekerjaan yang akan dijalani, menelaah kontrak kerja dengan seksama, serta menguasai bahasa Jepang. Menurut Al Aula, penguasaan bahasa Jepang sangat penting baik untuk kelancaran bekerja maupun untuk kehidupan sehari-hari di Jepang.

Melihat besarnya peluang ini, Indonesia dapat menjadi mitra strategis bagi Jepang dalam mengatasi masalah populasi yang semakin menurun, sambil membuka kesempatan bagi para pekerja Indonesia untuk berkarir di negara maju tersebut.