Menteri Pertahanan Israel, Yoav Katz, mengungkapkan bahwa Israel akan tetap mempertahankan kendali atas Gaza setelah berakhirnya konflik yang sedang berlangsung. Pernyataan ini dibuat dalam sebuah konferensi pers yang kemudian memicu berbagai reaksi, khususnya dari negara-negara Arab serta komunitas internasional.
Katz menyatakan bahwa meskipun pertempuran saat ini sedang berlangsung dengan intensitas tinggi, Israel memiliki rencana untuk menjaga keamanan dan stabilitas di Gaza dalam jangka panjang. Israel berencana untuk tetap mengontrol wilayah tersebut guna menghindari potensi ancaman dari kelompok militan Hamas yang ada di Gaza. Meskipun begitu, ia menegaskan bahwa meski konflik ini berakhir, tantangan dalam mencapai perdamaian yang berkelanjutan tetap akan terus ada.
Tindakan ini mengundang kritik keras, baik dari negara-negara Timur Tengah maupun dari negara-negara Barat yang khawatir bahwa langkah Israel ini dapat memperburuk ketegangan antara Israel dan Palestina. Beberapa pihak juga khawatir bahwa pendudukan yang berlangsung lama akan semakin memperburuk kondisi kemanusiaan di Gaza, yang sudah berada dalam kondisi kritis akibat perang. Negara-negara seperti Mesir dan Turki mengecam keputusan tersebut dan mendesak adanya dialog untuk menemukan solusi damai.
Kini, muncul pertanyaan besar mengenai masa depan Gaza, serta apakah Israel dapat memastikan stabilitas jangka panjang di wilayah tersebut. Meskipun Israel mengklaim bahwa pengendalian ini diperlukan untuk mengatasi ancaman militan, beberapa analis berpendapat bahwa kehadiran militer yang berkepanjangan dapat memperburuk ketegangan dan memperpanjang konflik yang sudah berlangsung puluhan tahun.
Keputusan untuk terus mempertahankan kontrol atas Gaza pasca-perang ini meningkatkan kekhawatiran akan potensi eskalasi konflik yang lebih besar. Dalam menghadapi situasi yang kompleks ini, diharapkan komunitas internasional dapat memainkan peran penting dalam meredakan ketegangan dan mendorong upaya perdamaian yang lebih konstruktif bagi kawasan tersebut.