FBI Ungkap Fakta di Balik Ancaman Bom dalam Pilpres AS 2024

Pada Pemilihan Presiden AS 2024 yang digelar Selasa (5/11/2024), FBI mengeluarkan peringatan terkait adanya ancaman bom di sejumlah tempat pemungutan suara di beberapa negara bagian. Menurut FBI, ancaman tersebut ternyata tidak nyata dan sebagian besar diduga berasal dari Rusia.

Pernyataan dari FBI muncul setelah otoritas di Negara Bagian Georgia melaporkan gangguan proses pemungutan suara akibat ancaman bom palsu yang beredar pada hari pemilihan. Demi mengantisipasi insiden serupa, AS telah memperketat keamanan di seluruh TPS untuk menghindari potensi kerusuhan sipil, kecurangan, serta ancaman terhadap petugas.

“FBI menyadari adanya ancaman bom terhadap TPS di sejumlah negara bagian, sebagian besar dari domain email Rusia,” jelas Savannah Syms, juru bicara FBI, sebagaimana dikutip dari AFP. Ia menegaskan, belum ada bukti ancaman yang terkonfirmasi kredibel, namun publik diimbau tetap waspada.

Gangguan di Georgia dan Pengamanan Maksimal

Brad Raffensperger, Menteri Luar Negeri Georgia, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah melacak sumber ancaman bom yang mengganggu proses pemungutan suara di wilayah tersebut dan mengidentifikasi asal ancaman yang diduga dari Rusia. Dalam pernyataannya, ia tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai pelaku.

Di Fulton County, Wali Kota Fulton Selatan, Kobi, mengungkapkan bahwa sedikitnya tujuh TPS di wilayah tersebut sempat terdampak ancaman, meskipun tidak ada TPS yang ditutup lebih dari 30 menit. “Kami tidak akan membiarkan ancaman bom menghalangi hak warga Fulton Selatan untuk memilih,” tegas Kobi.

Langkah Keamanan Tambahan untuk Pilpres AS 2024

AS tidak hanya berkomitmen menjaga integritas pemilihan, namun juga memastikan keamanan fisik proses pemilu. Petugas di berbagai TPS dibekali tombol panik, sementara tim khusus bersenjata ditempatkan di atap gedung-gedung penting. Ratusan personel Garda Nasional juga siap siaga untuk menghadapi ancaman potensial.

FBI mendirikan pos komando nasional di Washington untuk memantau ancaman selama 24 jam sehari sepanjang minggu pemilu. Polisi Capitol bahkan menangkap seorang pria pada hari pemilihan yang membawa bahan peledak dan berbau bahan bakar di dekat kompleks Capitol, tempat kerusuhan yang terjadi pada 6 Januari 2021.

Menurut Kepala Polisi J. Thomas Manger, pria tersebut membawa dokumen yang ingin ia sampaikan kepada Kongres, meskipun tidak ada indikasi bahwa aksinya terkait langsung dengan pemilihan.

Rusia dan Tuduhan Campur Tangan Pemilu

Pemerintah AS sebelumnya telah mengaitkan Rusia dengan berbagai ancaman terkait pemilu, termasuk disinformasi. Beberapa jam sebelum pemungutan suara dibuka, pejabat memperingatkan operasi disinformasi yang mengklaim ada upaya curang di negara-negara bagian penting untuk memengaruhi hasil pemilihan. Tuduhan ini menambah panjang daftar intervensi yang diduga berasal dari Rusia dalam proses pemilu AS.