Lebanon Desak Tekanan Internasional untuk Hentikan Serangan Israel

Menteri Luar Negeri Lebanon, Youssef Rajji, melakukan serangkaian komunikasi dengan sejumlah pejabat Arab dan internasional pada Sabtu guna meminta tekanan global terhadap Israel agar menghentikan serangannya ke Lebanon. Dalam upaya diplomatik ini, Rajji berbicara dengan Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi, Menteri Prancis Jean-Noel Barrot, serta pejabat AS, termasuk Wakil Utusan Khusus untuk Perdamaian Timur Tengah, Morgan Ortagus, dan Natasha Franceschi dari Biro Urusan Timur Dekat.

Menurut pernyataan Kementerian Luar Negeri Lebanon, komunikasi ini dilakukan atas koordinasi dengan Presiden Joseph Aoun dan Perdana Menteri Nawaf Salam untuk meredakan ketegangan di perbatasan selatan. Rajji mendesak para pejabat tersebut agar menekan Israel agar segera menghentikan agresi dan tidak memperburuk situasi yang semakin berbahaya.

Serangan terbaru terjadi setelah Israel melaporkan bahwa permukiman Metula menjadi sasaran roket dari Lebanon. Sebagai balasan, Israel melancarkan serangan udara ke beberapa kota dan desa di wilayah selatan Lebanon. Serangan ini merupakan yang pertama sejak gencatan senjata antara kedua negara mulai berlaku hampir empat bulan lalu. Hingga kini, belum ada kelompok yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan ke Metula.

Sejak gencatan senjata diberlakukan pada November, Lebanon mencatat lebih dari 1.100 pelanggaran oleh Israel, termasuk serangan yang menewaskan setidaknya 85 orang dan melukai lebih dari 280 lainnya. Berdasarkan kesepakatan, Israel seharusnya menarik pasukannya dari Lebanon selatan pada 26 Januari, tetapi batas waktu diperpanjang hingga 18 Februari setelah Israel menolak mematuhi perjanjian. Hingga kini, Israel masih mempertahankan keberadaannya di lima pos perbatasan, memicu ketegangan yang berkelanjutan.

China Desak Penerapan Gencatan Senjata yang Efektif di Gaza

China terus mengamati perkembangan konflik antara Palestina dan Israel dengan penuh perhatian. Pemerintah China berharap semua pihak dapat bekerja sama guna memastikan penerapan gencatan senjata yang berkelanjutan dan efektif. Pernyataan ini disampaikan oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, dalam konferensi pers hari Selasa. Pernyataan tersebut merupakan respons atas eskalasi serangan besar-besaran yang dilakukan Israel di Jalur Gaza pada pagi hari yang sama, yang dinilai telah melanggar kesepakatan gencatan senjata yang sebelumnya disepakati.

Serangan militer tersebut telah menyebabkan lebih dari 300 korban jiwa, yang sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Jumlah korban sipil terus bertambah seiring berlanjutnya operasi militer. Mao menekankan pentingnya kerja sama dari semua pihak agar perjanjian gencatan senjata dapat dilaksanakan secara efektif, sehingga dapat mencegah eskalasi lebih lanjut dan memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah genting.

China juga mendesak semua pihak untuk menahan diri dari tindakan yang dapat memperburuk ketegangan dan meningkatkan risiko konflik berkepanjangan. Menurut Mao, menjaga stabilitas kawasan adalah prioritas utama, dan diperlukan upaya bersama untuk mencegah bencana kemanusiaan yang semakin parah. Beijing berharap komunitas internasional dapat berperan aktif dalam mencari solusi damai guna mengakhiri penderitaan rakyat sipil di Gaza.

Selain itu, China menegaskan kembali dukungannya terhadap solusi dua negara sebagai cara terbaik untuk mencapai perdamaian yang adil dan berkelanjutan di kawasan tersebut. Beijing mendesak agar perundingan antara Palestina dan Israel dapat kembali dilakukan dengan melibatkan komunitas internasional guna mencari titik temu yang adil bagi kedua belah pihak.

Dalam beberapa tahun terakhir, China telah menunjukkan peran aktif dalam mediasi konflik internasional, termasuk di Timur Tengah. Pemerintah China menilai bahwa ketegangan yang berkelanjutan di Gaza tidak hanya mengancam kehidupan rakyat sipil, tetapi juga dapat berdampak pada kestabilan global, termasuk sektor ekonomi dan keamanan internasional. Oleh karena itu, China menyerukan agar Dewan Keamanan PBB segera mengambil langkah tegas untuk menghentikan kekerasan dan memastikan bantuan kemanusiaan dapat tersalurkan tanpa hambatan kepada warga sipil yang terdampak.

Sementara itu, berbagai negara juga telah menyuarakan keprihatinan terhadap meningkatnya eskalasi konflik di Gaza. Organisasi kemanusiaan internasional terus melaporkan kondisi yang semakin memburuk di wilayah tersebut, dengan fasilitas kesehatan yang kewalahan menangani korban dan persediaan obat-obatan serta pangan yang semakin menipis. China menegaskan bahwa bantuan kemanusiaan harus menjadi prioritas utama, dan segala bentuk blokade terhadap jalur distribusi bantuan harus segera dihentikan.

Beijing menutup pernyataannya dengan mengajak negara-negara besar untuk mengutamakan dialog dan diplomasi dalam menyelesaikan konflik ini. China percaya bahwa dengan adanya komitmen bersama dari komunitas internasional, harapan akan perdamaian di Palestina dan Israel dapat terwujud.