Bagaimana Umat Muslim Berpuasa di Kota yang Diterangi Matahari Sepanjang Waktu?

https://trimtechketoacvgummies.com

Di Inuvik, sebuah kota yang terletak di bagian utara Lingkar Arktik Kanada, umat Muslim menghadapi tantangan unik dalam menjalankan ibadah selama bulan Ramadhan. Karena fenomena alam di mana matahari bersinar selama 24 jam penuh di musim panas dan tidak muncul sama sekali dalam periode tertentu di musim dingin, mereka mengikuti jadwal shalat dan berpuasa berdasarkan waktu di Mekkah, Arab Saudi.

Masjid Midnight Sun, yang dikenal juga dengan nama Little Mosque on the Tundra, menjadi tempat berkumpul utama bagi komunitas Muslim di Inuvik. Masjid ini didirikan pada Agustus 2010 untuk melayani umat Muslim yang bekerja di wilayah tersebut. Menariknya, masjid ini dipindahkan dari Winnipeg, Manitoba, sejauh 4.000 kilometer ke utara, menjadikannya masjid paling utara di belahan bumi barat.

Imam masjid, Saleh Hasabelnabi, yang telah tinggal di Inuvik selama 16 tahun, menyatakan bahwa jumlah jamaahnya tetap stabil di angka sekitar 100 hingga 120 orang. “Kami menjalani ibadah di sini dengan penuh semangat, meskipun ada tantangan besar terkait waktu shalat karena perbedaan posisi matahari yang ekstrem,” ujar Hasabelnabi.

Di Inuvik, matahari tidak pernah terbenam selama lebih dari 50 hari di musim panas, sementara pada beberapa periode lainnya, matahari tidak muncul sama sekali. Fenomena ini membuat umat Muslim di sini harus mengikuti waktu shalat berdasarkan waktu yang berlaku di Mekkah. Hal ini sering kali mengundang keheranan, seperti yang diungkapkan oleh Imam Hasabelnabi saat pertama kali merasakan musim panas di Inuvik. “Saya tidak percaya, untuk pertama kalinya dalam hidup, saya shalat lima waktu tapi matahari tetap bersinar,” kenangnya.

Meski cuaca ekstrem dan tantangan waktu shalat menjadi halangan, umat Muslim di Inuvik tetap melaksanakan ibadah Ramadhan dengan semangat. Pada hari Minggu, 2 Maret 2025, mereka berkumpul di Masjid Midnight Sun untuk berbuka puasa, membawa hidangan khas seperti ayam, nasi, dan makanan Sudan yang dinikmati bersama dalam suasana keakraban.

Mohamed Asad Behrawar, seorang akuntan yang baru saja pindah ke Inuvik, mengungkapkan pengalamannya beradaptasi dengan waktu siang yang panjang. “Memang sulit pada awalnya, tetapi saya sudah terbiasa dengan cuaca ekstrem, karena sebelumnya saya tinggal di Edmonton yang memiliki siang panjang di musim panas,” katanya.

Meskipun komunitas Muslim di Inuvik hanya berjumlah kecil dari sekitar 3.400 penduduk kota tersebut, mereka adalah kelompok yang sangat terlihat di kehidupan sehari-hari. Abdul Wahab Saleem, seorang cendekiawan Islam, menggambarkan komunitas ini sebagai kelompok minoritas yang mudah dikenali. “Setiap kali naik taksi, kemungkinan besar pengemudinya adalah seorang Muslim,” ujar Saleem.

Meskipun tantangan geografis dan cuaca yang ekstrem, umat Muslim di Inuvik terus menjalankan ibadah Ramadhan dengan penuh ketekunan, menunjukkan semangat dan kebersamaan yang luar biasa di tengah cuaca dingin dan waktu yang penuh keunikan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *