Pada 17 Oktober 2024, Korea Utara mengumumkan bahwa lebih dari satu juta pemuda telah mendaftar untuk bergabung dengan militer, sebagai bagian dari langkah untuk memperkuat pertahanan negara di tengah ketegangan yang meningkat dengan Korea Selatan. Pemerintah Korut menekankan pentingnya kesiapan militer sebagai respon terhadap ancaman dari luar.
Ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan telah meningkat secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir, terutama setelah serangkaian latihan militer besar-besaran oleh Seoul dan sekutunya, Amerika Serikat. Pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un, menyatakan bahwa tindakan agresif dari Korsel membuat negara harus mengambil langkah-langkah preventif untuk melindungi kedaulatan dan keamanan nasionalnya.
Dalam sebuah acara besar di Pyongyang, Kim Jong-un memuji keputusan pemuda untuk bergabung dengan militer dan menekankan bahwa ini adalah wujud patriotisme dan tanggung jawab terhadap negara. Ia mengklaim bahwa kekuatan militer yang lebih besar akan menjadi deterrent bagi musuh-musuhnya dan akan memperkuat posisi tawar Korea Utara di kancah internasional.
Reaksi internasional terhadap mobilisasi ini bervariasi, dengan beberapa negara mengungkapkan kekhawatiran mengenai kemungkinan eskalasi konflik. Ahli strategi militer memperingatkan bahwa peningkatan jumlah anggota militer dapat memicu perlombaan senjata di kawasan tersebut. Masyarakat internasional menekankan pentingnya dialog untuk mengurangi ketegangan yang ada.
Di tengah situasi yang tegang ini, beberapa pengamat berharap adanya inisiatif diplomatik yang dapat mengurangi ketegangan di Semenanjung Korea. Diplomasi yang konstruktif dianggap penting untuk mencegah potensi konflik bersenjata yang bisa mengakibatkan konsekuensi yang lebih luas bagi kawasan dan dunia.