Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) melakukan pemecatan besar-besaran terhadap sejumlah pegawai baru minggu ini. Langkah ini menuai kekhawatiran dari berbagai pihak, termasuk pejabat intelijen aktif maupun pensiunan, yang menilai bahwa keputusan tersebut dapat membahayakan keamanan nasional AS.
Menurut laporan Reuters pada Jumat (7/3/2025), pemecatan ini terjadi di bawah kepemimpinan John Ratcliffe, direktur CIA yang ditunjuk oleh Presiden Donald Trump. Kebijakan ini bertepatan dengan program pengurangan pegawai federal secara besar-besaran, yang dipimpin oleh miliarder Elon Musk dan Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE).
Alasan Pemecatan dan Jumlah yang Signifikan
Sumber yang mengetahui kebijakan ini menyebutkan bahwa para pegawai baru CIA, yang masih dalam masa percobaan, dipecat dengan alasan kinerja yang tidak memenuhi standar. Namun, pihak CIA enggan mengungkap jumlah pasti pegawai yang terkena dampak kebijakan ini.
“Di CIA, kami melakukan evaluasi terhadap personel yang masih dalam dua tahun pertama masa tugas mereka. Dalam beberapa kasus, proses ini berujung pada pemecatan. Kami bekerja di lingkungan yang dinamis dan berisiko tinggi, tidak semua orang cocok dengan pekerjaan ini,” ujar juru bicara CIA.
Namun, pemangkasan pegawai ini menuai kontroversi. Berdasarkan wawancara serta dokumen yang diperoleh Reuters, beberapa pegawai federal di lembaga lain yang terkena pemecatan sebelumnya justru menerima ulasan kinerja yang baik sebelum diberhentikan.
Tidak Ada Pemberitahuan ke Komite Intelijen
Laporan juga menyebutkan bahwa pemecatan ini dilakukan tanpa pemberitahuan kepada Komite Intelijen DPR dan Senat. Seorang sumber anonim mengatakan bahwa anggota komite baru akan mencari informasi lebih lanjut dari CIA dalam beberapa hari mendatang.
Pemecatan ini berlangsung setelah pengadilan federal di Distrik Virginia Timur memberikan putusan dalam gugatan terkait program keberagaman yang dijalankan pada era pemerintahan Biden. Putusan tersebut memungkinkan CIA memecat pegawainya kapan saja.
Kekhawatiran akan Dampak Jangka Panjang
Pemutusan hubungan kerja secara besar-besaran ini memicu kekhawatiran terkait stabilitas operasional CIA. Seorang pejabat intelijen AS yang tidak ingin disebutkan namanya mengatakan bahwa proses perekrutan dan pelatihan agen baru memerlukan waktu bertahun-tahun, sehingga keputusan ini berisiko melemahkan kemampuan intelijen negara.
“Kami harus menjaga arus perekrutan agar misi tetap berjalan. Jika ada kekosongan dalam sistem pelatihan, dampaknya akan terasa dalam jangka panjang dan merusak upaya menjaga keamanan nasional,” ungkapnya.
Mantan perwira senior dinas rahasia CIA, Daniel Hoffman, juga menyampaikan keprihatinannya. Menurutnya, pemecatan ini dapat menyebabkan hilangnya satu generasi perwira intelijen yang telah dilatih selama bertahun-tahun.
“Pada masa pemerintahan Bill Clinton, pemangkasan besar-besaran terhadap komunitas intelijen sempat dilakukan. Akibatnya, ketika serangan 9/11 terjadi, kita tidak siap,” ujarnya. “Jadi, seberapa besar penghematan yang sebenarnya didapat? Dan risiko apa yang kita hadapi dengan memangkas generasi perwira berikutnya?”
Dengan keputusan yang cukup kontroversial ini, masa depan strategi intelijen AS pun menjadi sorotan. Bagaimana kebijakan ini akan memengaruhi keamanan nasional dalam jangka panjang masih menjadi tanda tanya besar.