Wamendagri Soroti Pelanggaran Pengangkatan ASN di Daerah, Minta DPR Lakukan Pendalaman

Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Ribka Haluk meminta Komisi II DPR RI untuk lebih mendalami persoalan terkait pengangkatan aparatur sipil negara (ASN) di daerah. Permintaan ini disampaikan dalam rapat kerja di Jakarta, Senin, menyusul masih ditemukannya praktik pengangkatan pegawai yang tidak sesuai dengan ketentuan pemerintah pusat. Ribka menegaskan bahwa proses pengangkatan calon pegawai negeri sipil (CPNS) dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) harus mengacu pada jadwal dan mekanisme yang telah ditetapkan Kementerian PANRB.

Ribka menyebut, batas waktu pengangkatan CPNS adalah Juni 2025, sedangkan PPPK paling lambat Oktober 2025. Ia mengingatkan gubernur dan kepala daerah untuk patuh terhadap instruksi tersebut. Meski demikian, masih ada daerah yang tetap melakukan pengangkatan PPPK walaupun penyelesaian pegawai kategori 1 (K1) dan kategori 2 (K2) telah dinyatakan selesai secara nasional. Beberapa daerah bahkan belum mengusulkan formasi sesuai ketentuan yang berlaku.

Ia menekankan pentingnya pendalaman oleh Komisi II DPR RI agar rekrutmen ASN dapat berlangsung secara transparan dan akuntabel. Ribka mengingatkan bahwa ketidakdisiplinan dalam proses ini berpotensi mengganggu efektivitas birokrasi dan pengelolaan anggaran negara. Sebagai informasi, K1 dan K2 merujuk pada tenaga honorer lama, di mana K1 mendapat pembiayaan resmi dari APBN atau APBD, sedangkan K2 tidak. Pemerintah telah menyelesaikan status mereka, sehingga daerah tidak diperbolehkan lagi melakukan pengangkatan baru di luar jalur CPNS atau PPPK.

Elon Musk Ultimatum Pegawai Federal AS: Balas Email Mingguan atau Kehilangan Pekerjaan

Dalam langkah tegas untuk meningkatkan kinerja birokrasi, Staf Khusus Pemerintah Amerika Serikat, Elon Musk, mewajibkan seluruh pegawai federal melaporkan pencapaian kerja mereka setiap minggu atau berisiko kehilangan pekerjaan. Kebijakan ini muncul setelah Presiden AS, Donald Trump, mendesak Musk untuk memangkas pengeluaran pemerintah secara lebih agresif.

Musk yang memimpin program reformasi birokrasi tersebut, menyatakan bahwa setiap pegawai federal akan menerima email berjudul “Apa yang Anda lakukan minggu lalu?” yang dikirim oleh Kantor Manajemen Personalia AS. Dalam email itu, pegawai diminta merinci lima poin pencapaian kerja mereka selama sepekan terakhir dan harus memberikan balasan sebelum tenggat waktu pada Senin (24/2/2025) pukul 23.59. Ketidakpatuhan dalam merespons email ini akan dianggap sebagai pengunduran diri, meskipun hal itu tidak disebutkan secara eksplisit dalam isi pesan.

Presiden Trump melalui platform Truth Social memuji langkah Musk, seraya menegaskan pentingnya meningkatkan disiplin dan produktivitas demi menyelamatkan negara. Trump juga menunjuk Musk sebagai pemimpin Departemen Efisiensi Pemerintah (DOGE) yang baru dibentuk untuk memerangi pemborosan anggaran dan dugaan korupsi. Langkah ini sejalan dengan kebijakan Departemen Pertahanan AS yang memulai pemangkasan lima persen tenaga kerja sipil sejak Jumat (21/2/2025).

Di tengah kontroversi kebijakan ini, serikat pekerja sempat berusaha menghentikan pemecatan massal melalui jalur hukum. Namun, seorang hakim menolak permohonan tersebut pada Kamis (20/2/2025). Sementara itu, pemerintahan Trump terus melanjutkan pemutusan hubungan kerja bagi pegawai yang masih berstatus percobaan. Musk menegaskan komitmennya untuk bekerja sama dengan Trump selama mendapat dukungan politik, serta membantah adanya konflik kepentingan terkait keterlibatannya dalam proyek pemerintah.