Pada Jumat pagi, 20 Desember 2024, serikat pekerja yang mewakili lebih dari 10.000 karyawan Starbucks di Amerika Serikat menggelar aksi mogok di Los Angeles, Chicago, dan Seattle. Aksi ini terjadi di tengah padatnya musim liburan, dengan potensi untuk meluas ke sejumlah toko lainnya menjelang Natal. Workers United, serikat yang mengorganisir karyawan dari 525 toko Starbucks di seluruh AS, menyatakan bahwa mogok ini merupakan bentuk protes atas lambannya proses negosiasi perjanjian kerja bersama (CBA).
Dalam pernyataan resmi mereka, serikat pekerja mengkritik manajemen Starbucks yang dinilai gagal memberikan tawaran ekonomi yang memadai, meskipun perusahaan sebelumnya berkomitmen untuk menyelesaikan pembicaraan kontrak pada akhir tahun 2024. Perundingan dimulai pada bulan Februari setelah kedua pihak sepakat untuk membahas penyelesaian sengketa hukum yang ada. Namun, meskipun perundingan dimulai pada April, serikat pekerja merasa tidak ada kemajuan berarti dari pihak perusahaan hingga Desember 2024.
“Starbucks telah berulang kali berjanji untuk mencapai kesepakatan, tetapi hingga saat ini tidak ada tawaran yang serius. Ini menunjukkan kurangnya perhatian terhadap hak-hak pekerja,” ujar pernyataan dari Workers United yang dirilis pada Kamis, 19 Desember 2024.
Aksi mogok ini berpotensi mengganggu operasi Starbucks, terutama di kota-kota besar yang sering ramai pengunjung selama musim liburan. Serikat pekerja berharap mogok ini akan memberikan tekanan pada manajemen perusahaan untuk segera mencapai kesepakatan yang adil. Hingga saat ini, Starbucks belum memberikan komentar resmi terkait aksi tersebut.
Di sisi lain, Starbucks baru saja menunjuk Brian Niccol sebagai CEO dan tengah menjalani sejumlah perubahan besar untuk memperbaiki pengalaman pelanggan. Ini termasuk upaya meningkatkan kenyamanan, mengurangi waktu tunggu, dan menyederhanakan menu. Namun, meskipun perusahaan tengah melakukan perombakan, serikat pekerja tetap menuntut kontrak yang adil bagi karyawan.
Apabila kesepakatan tidak tercapai, mogok ini berpotensi meluas ke lebih banyak lokasi, terutama pada puncak musim liburan, yang bisa berdampak signifikan pada operasional Starbucks. Para pekerja tetap teguh pada prinsip mereka untuk memperjuangkan hak-hak yang lebih baik dan memperoleh kontrak yang sesuai dengan kontribusi mereka.
Aksi mogok ini menggambarkan ketegangan antara perusahaan besar dan tenaga kerjanya, dengan harapan bahwa kesepakatan yang saling menguntungkan dapat tercapai sebelum musim liburan mencapai puncaknya.