Trump Berlakukan Tarif Impor untuk Kanada dan Meksiko, Berlaku Mulai Besok

Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Senin (3/3) mengumumkan bahwa kebijakan tarif impor terhadap produk dari Kanada dan Meksiko akan mulai berlaku pada Selasa waktu setempat. Tarif sebesar 25 persen akan dikenakan terhadap barang-barang dari kedua negara tersebut sebagai bagian dari upaya menekan peredaran gelap fentanil yang masuk ke AS.

Keputusan ini merupakan tindak lanjut dari perintah eksekutif yang telah ditandatangani Trump pada 1 Februari lalu. Awalnya, pemerintah Kanada dan Meksiko berjanji akan meningkatkan langkah-langkah dalam mengurangi penyelundupan narkotika di perbatasan, sehingga Trump menangguhkan penerapan tarif selama satu bulan. Namun, pekan lalu, ia memastikan bahwa kebijakan tersebut tetap akan diberlakukan.

Trump juga mendorong para produsen otomotif untuk mendirikan pabrik baru di AS dan meningkatkan produksi dalam negeri guna menghindari tarif yang dikenakan terhadap kendaraan impor. Ia menegaskan bahwa sebagian besar fentanil yang beredar di AS berasal dari China dan Meksiko, sehingga kebijakan ini dianggap sebagai langkah strategis untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Selain itu, Trump mengumumkan bahwa AS akan menerapkan tarif balasan terhadap negara-negara yang memberlakukan bea masuk pada produk Amerika. Kebijakan ini dijadwalkan mulai berlaku pada 2 April mendatang. Trump awalnya mempertimbangkan penerapan kebijakan tersebut pada 1 April, namun memutuskan untuk menundanya karena khawatir publik menganggapnya sebagai lelucon April Mop.

Kanada Perkuat Aliansi Intelijen Eropa di Tengah Ketegangan dengan AS

Kanada berencana memperdalam kerja sama intelijen dengan negara-negara Eropa seiring meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat terkait berbagai isu global, termasuk konflik di Ukraina. Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Melanie Joly, seperti dilaporkan oleh Canada Press pada Selasa, 25 Februari 2025. Joly menegaskan bahwa Kanada perlu memahami dinamika global secara lebih baik demi melindungi kepentingan nasionalnya.

Menurutnya, membangun aliansi keamanan yang solid dengan Inggris dan negara-negara Eropa lainnya menjadi semakin krusial di tengah situasi dunia yang terus berubah. Ia juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap sikap AS yang berbeda pandangan dengan para sekutunya, terutama setelah Washington memberikan suara menentang resolusi Dewan Keamanan PBB mengenai Ukraina.

Joly menambahkan bahwa Kanada terus berkomunikasi dengan Inggris, Australia, dan mitra-mitra Eropa lainnya terkait kerja sama intelijen. Selain itu, Kanada juga ingin menjaga hubungan dengan negara-negara yang memiliki sudut pandang berbeda, seperti Afrika Selatan, India, dan Arab Saudi, guna memastikan stabilitas hubungan diplomatiknya.

Sementara itu, di hari yang sama, Financial Times (FT) melaporkan bahwa penasihat senior AS, Peter Navarro, menyebut Kanada berisiko dikeluarkan dari aliansi berbagi intelijen Five Eyes. Langkah tersebut dikabarkan sebagai bagian dari strategi Presiden Donald Trump untuk lebih mengendalikan Kanada. Namun, Navarro membantah laporan FT, menuduh media kerap menyampaikan berita tanpa sumber yang jelas. Ia juga menegaskan bahwa keamanan nasional AS tetap menjadi prioritas utama yang tidak akan dikompromikan.