Kremlin Peringatkan Dampak Serangan Drone Ukraina Terhadap Upaya Perdamaian

Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, memperingatkan bahwa serangan drone berskala besar yang dilakukan Ukraina terhadap Rusia dapat semakin memperumit upaya menuju perdamaian. Dalam pernyataannya pada Selasa (11/3), Peskov menegaskan bahwa meskipun belum ada negosiasi yang berlangsung, serangan semacam ini dapat menghambat potensi langkah menuju perundingan damai.

Kementerian Pertahanan Rusia melaporkan bahwa dalam semalam, sistem pertahanan udara Rusia berhasil mencegat dan menghancurkan sebanyak 337 drone yang diluncurkan oleh Ukraina. Dari jumlah tersebut, 91 drone menyerang wilayah Moskow, sementara 126 lainnya tertarget di wilayah Kursk. Serangan ini disebut sebagai salah satu yang terbesar dalam beberapa bulan terakhir, menunjukkan meningkatnya eskalasi konflik di antara kedua negara.

Media lokal Rusia melaporkan bahwa akibat serangan drone tersebut, sedikitnya tiga orang tewas di Wilayah Moskow, dan belasan lainnya mengalami luka-luka. Dampak serangan ini semakin memperburuk ketegangan, dengan Rusia menegaskan bahwa tindakan Ukraina hanya akan semakin menjauhkan kemungkinan dialog diplomatik.

Di pihak Ukraina, belum ada pernyataan resmi mengenai serangan tersebut. Namun, sebelumnya Ukraina telah berulang kali menyatakan bahwa operasi militernya, termasuk serangan drone ke wilayah Rusia, merupakan bagian dari strategi pertahanan dan tanggapan atas serangan yang dilakukan Moskow. Dengan situasi yang terus memburuk, prospek perundingan damai tampaknya semakin jauh dari kenyataan, sementara kedua belah pihak terus memperkuat posisi mereka di medan perang.

Ketegangan Oval Office: Zelenskyy Kirim Surat Permintaan Maaf ke Trump

Utusan khusus Presiden Donald Trump, Steve Witkoff, mengungkapkan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah mengirim surat kepada Trump sebagai bentuk permintaan maaf atas insiden yang terjadi di ruang Oval. Peristiwa tersebut menyebabkan batalnya perjanjian penting antara Washington dan Kiev terkait mineral strategis. Trump sebelumnya telah menyebut surat tersebut dalam pidatonya di hadapan Kongres AS pekan lalu.

Witkoff menegaskan bahwa surat tersebut menunjukkan sikap Zelenskyy dalam meredakan ketegangan. Ia juga menyebut bahwa berbagai diskusi telah dilakukan antara tim Amerika Serikat, Ukraina, serta pemangku kepentingan dari Eropa yang terlibat dalam negosiasi. Witkoff menilai hal ini sebagai langkah positif menuju kesepakatan. Dalam wawancara dengan Fox News, ia mengungkapkan harapannya agar perundingan bisa kembali dilanjutkan. Pernyataannya itu disampaikan sesaat sebelum ia bertolak ke Arab Saudi untuk bertemu dengan perwakilan Ukraina.

Ketegangan dalam pertemuan pada 28 Februari lalu memuncak saat Zelenskyy mempertanyakan apakah Presiden Rusia Vladimir Putin dapat dipercaya dalam negosiasi perdamaian. Ia merujuk pada berbagai perjanjian sebelumnya yang kerap dilanggar oleh Moskow sebelum melakukan invasi skala penuh ke Ukraina. Trump, di sisi lain, telah menyatakan penolakannya terhadap keanggotaan Ukraina di NATO, aliansi pertahanan transatlantik yang memerlukan persetujuan bulat dari seluruh anggotanya untuk menerima anggota baru.

Selain itu, Trump secara keliru menuding Ukraina sebagai pihak yang memulai konflik dengan Rusia. Perselisihan ini berujung pada keputusan mendadak Zelenskyy untuk meninggalkan Gedung Putih, sehingga perjanjian mineral strategis batal ditandatangani dan konferensi pers bersama dengan Trump pun dibatalkan.

Ukraina Puji Trump, Sebut Perannya Penting dalam Upaya Perdamaian

Parlemen Ukraina menegaskan bahwa dukungan dari Amerika Serikat adalah faktor utama dalam menjaga keamanan negara mereka. Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Senin (3/3), mereka mengapresiasi peran Donald Trump dalam upaya perdamaian, menyebut keterlibatannya sebagai faktor penentu untuk mengakhiri konflik dengan Rusia. Parlemen menegaskan bahwa rakyat Ukraina menginginkan perdamaian lebih dari siapa pun dan percaya bahwa Trump memiliki peran krusial dalam mewujudkan hal tersebut, tidak hanya untuk Ukraina tetapi juga bagi stabilitas Eropa dan dunia.

Pernyataan ini muncul setelah pertemuan kontroversial antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di Gedung Putih pada Jumat (28/2). Dalam pertemuan tersebut, Trump dan Wakil Presiden JD Vance beberapa kali melontarkan kritik terhadap Zelenskyy, menuduhnya kurang berterima kasih atas bantuan militer dan ekonomi yang telah diberikan AS kepada Ukraina selama bertahun-tahun. Meski demikian, Verkhovna Rada, sebagai badan legislatif tertinggi Ukraina, tetap menyambut baik inisiatif Trump dalam mendorong proses negosiasi guna mencapai perdamaian.

Selain itu, parlemen Ukraina juga menyampaikan apresiasi mendalam kepada Trump, Kongres AS, dan rakyat Amerika atas dukungan mereka terhadap kedaulatan dan integritas teritorial Ukraina. Mereka menekankan pentingnya memperkuat hubungan strategis dengan AS, khususnya dalam eksplorasi mineral kritis yang menjadi sektor penting bagi perekonomian negara tersebut.

Di sisi lain, Trump pada hari yang sama menegaskan bahwa ia tidak percaya kerja sama antara AS dan Ukraina dalam pengembangan mineral kritis telah berakhir, meskipun ketegangan antara dirinya dan Zelenskyy terus meningkat. Pernyataan ini menambah dinamika hubungan kedua negara yang terus berkembang di tengah situasi geopolitik yang penuh tantangan.