Ketegangan Oval Office: Zelenskyy Kirim Surat Permintaan Maaf ke Trump

Utusan khusus Presiden Donald Trump, Steve Witkoff, mengungkapkan bahwa Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah mengirim surat kepada Trump sebagai bentuk permintaan maaf atas insiden yang terjadi di ruang Oval. Peristiwa tersebut menyebabkan batalnya perjanjian penting antara Washington dan Kiev terkait mineral strategis. Trump sebelumnya telah menyebut surat tersebut dalam pidatonya di hadapan Kongres AS pekan lalu.

Witkoff menegaskan bahwa surat tersebut menunjukkan sikap Zelenskyy dalam meredakan ketegangan. Ia juga menyebut bahwa berbagai diskusi telah dilakukan antara tim Amerika Serikat, Ukraina, serta pemangku kepentingan dari Eropa yang terlibat dalam negosiasi. Witkoff menilai hal ini sebagai langkah positif menuju kesepakatan. Dalam wawancara dengan Fox News, ia mengungkapkan harapannya agar perundingan bisa kembali dilanjutkan. Pernyataannya itu disampaikan sesaat sebelum ia bertolak ke Arab Saudi untuk bertemu dengan perwakilan Ukraina.

Ketegangan dalam pertemuan pada 28 Februari lalu memuncak saat Zelenskyy mempertanyakan apakah Presiden Rusia Vladimir Putin dapat dipercaya dalam negosiasi perdamaian. Ia merujuk pada berbagai perjanjian sebelumnya yang kerap dilanggar oleh Moskow sebelum melakukan invasi skala penuh ke Ukraina. Trump, di sisi lain, telah menyatakan penolakannya terhadap keanggotaan Ukraina di NATO, aliansi pertahanan transatlantik yang memerlukan persetujuan bulat dari seluruh anggotanya untuk menerima anggota baru.

Selain itu, Trump secara keliru menuding Ukraina sebagai pihak yang memulai konflik dengan Rusia. Perselisihan ini berujung pada keputusan mendadak Zelenskyy untuk meninggalkan Gedung Putih, sehingga perjanjian mineral strategis batal ditandatangani dan konferensi pers bersama dengan Trump pun dibatalkan.

NATO Tegaskan Dukungan Militer untuk Ukraina di Tengah Rencana Negosiasi Perdamaian

Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, kembali menegaskan pentingnya memperkuat posisi Ukraina sebelum proses negosiasi damai dimulai. Dalam konferensi pers di Brussels pada Kamis (13/2), bersama Menteri Pertahanan Ukraina Rustem Umerov, Rutte menyatakan bahwa hasil perundingan harus bersifat “langgeng dan berkelanjutan.”

“Kami harus memastikan Ukraina berada dalam posisi sebaik mungkin saat pembicaraan dimulai, serta memastikan bahwa ketika negosiasi berakhir, hasilnya dapat bertahan lama,” ujarnya. Ia juga menegaskan bahwa NATO akan terus memberikan dukungan militer kepada Ukraina.

Selain itu, Rutte mengungkapkan bahwa NATO dan Ukraina akan membentuk “struktur bersama” yang mulai beroperasi pekan depan di Polandia. Struktur ini bertujuan untuk mengoordinasikan strategi dan mengumpulkan wawasan dari konflik yang sedang berlangsung di Ukraina.

Di sisi lain, Umerov menegaskan bahwa negaranya tidak akan menyerah dalam mempertahankan kedaulatan.

“Kami kuat, kami mampu, kami siap, dan kami akan memberikan hasil,” tegasnya, sembari menyampaikan apresiasi kepada negara-negara anggota NATO atas dukungan mereka. Ia menekankan bahwa fokus utama Ukraina saat ini adalah mendapatkan “bantuan keamanan” dari mitra-mitra internasional.

“Amerika Serikat terus bersama kami, memberikan bantuan keamanan, sementara NATO mengambil alih pelatihan dan dukungan keamanan kami… Kami berterima kasih kepada NATO dan kepemimpinannya,” tambahnya.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa dirinya telah berbicara dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan sepakat untuk segera memulai perundingan guna mengakhiri perang yang telah berlangsung selama tiga tahun di Ukraina. Trump juga mengadakan pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.

Namun, Menteri Pertahanan AS, Pete Hegseth, menyatakan bahwa mengembalikan perbatasan Ukraina seperti sebelum tahun 2014—ketika Rusia mencaplok Krimea—bukanlah opsi yang realistis. Ia juga menegaskan bahwa keanggotaan Ukraina di NATO tidak menjadi bagian dari solusi yang tengah dipertimbangkan oleh Washington.

Pernyataan ini memicu reaksi dari para pemimpin Eropa, yang menekankan bahwa Ukraina dan Eropa harus dilibatkan dalam setiap pembahasan perdamaian.